Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

5 Contoh Teks Monolog Lengkap dengan Strukturnya

Rahma Anhar , Jurnalis-Jum'at, 05 September 2025 |10:31 WIB
5 Contoh Teks Monolog Lengkap dengan Strukturnya
5 Contoh Teks Monolog Lengkap dengan Strukturnya (Foto: Freepik)
A
A
A

3. Monolog Tentang Lingkungan

Pembuka: Gambaran tentang suasana alam yang dulu hijau dan asri.

Isi: Kritik terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kecenderungan manusia, mulai dari penebangan hutan hingga sampah plastik.

Penutup: Impian bahwa manusia akan kembali mencintai Bumi melalui tindakan, bukan sekadar kata-kata.

Monolog lingkungan sangat populer karena sangat relevan dengan situasi saat ini. Semua orang setuju bahwa bumi harus dijaga dan tidak dieksploitasi.

“Bayangkan hutan yang rimbun, udara segar, dan sungai jernih. Dulu itu nyata, sebelum manusia mulai rakus. Kini pohon ditebang tanpa ampun. Sungai dipenuhi plastik, udara penuh asap. Kita membangun gedung-gedung tinggi, tapi lupa menjaga akar yang menahan tanah. Bumi menjerit, tapi kita sering pura-pura tidak mendengarnya. Setiap tahun bencana datang silih berganti, dan ironisnya, kita masih juga belum belajar. Apakah kita harus menunggu semua benar-benar hancur baru sadar? Bumi bukan tempat sementara yang bisa diperlakukan seenaknya. Bumi adalah rumah kita, dan rumah ini semakin hari semakin rapuh. Jika hari ini kita tidak menjaganya, maka esok generasi setelah kita hanya akan mewarisi kehancuran. Mari berhenti bicara dan mulai bertindak, karena kalau bukan kita, siapa lagi?”

4. Monolog Tentang Keluarga

Pembuka: Kisah ceria tentang seorang anak kecil yang rindu akan kehangatan rumah.

Isi: Konflik batin ketika keluarga menghadapi masalah keuangan atau jarak kerja.

Penutup: Menegaskan bahwa keluarga adalah tempat pulang dalam keadaan apa pun.

Monolog ini sering membuat penonton terhanyut. Ini karena banyak pementasan memilih tema keluarga karena itu dekat dengan kehidupan sehari-hari.

“Rumah… katanya tempat paling nyaman. Tapi, ada kalanya rumah juga penuh air mata. Aku rindu saat dulu kita duduk bersama di meja kecil, makan sederhana tapi penuh tawa. Aku rindu suara ayah yang bercerita panjang, dan ibu yang menenangkan dengan kelembutannya. Tapi sekarang, ayah sibuk bekerja jauh di luar kota. Ibu lelah menanggung beban sendiri, sementara aku hanya bisa berdiam dan menunggu. Kadang aku ingin marah, kadang aku ingin menyerah, tapi setiap kali melihat foto keluarga di dinding, aku sadar keluarga adalah alasan terbesar untuk bertahan. Tidak ada yang sempurna, tapi keluarga selalu memberi kita kekuatan, meski dalam diam. Meski badai datang menghantam, aku percaya keluarga tetaplah tempat pulang. Sejauh apapun langkahku, hanya rumah yang akan selalu membuka pintu untukku kembali.”

 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement