Pada tahun 1943, ANIF diambil alih oleh tentara kekaisaran Jepang dan diubah namanya menjadi Nippon Eiga Sha atau Perusahaan Film Jepang. Perusahaan ini kemudian memproduksi film-film propaganda selama masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Pada tanggal 6 Oktober 1945, Raden Mas Soetarto mendirikan Berita Film Indonesia (BFI), yang diresmikan oleh Menteri Penerangan, Amir Syarifuddin. BFI kemudian menjadi bagian dari Kementerian Penerangan.
Pada tahun 1950, Kementerian Penerangan mengubah BFI menjadi Perusahaan Pilem Negara (PPN), yang kemudian berganti nama lagi menjadi Perusahaan Film Negara (PFN). Pada tahun 1988, PFN resmi menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan pada masa pemerintahan Presiden Jokowi tahun 2023, namanya diubah menjadi PT Produksi Film Negara (Persero).
Riefan Fajarsyah, yang lebih dikenal dengan nama Ifan Seventeen, dilahirkan di Yogyakarta pada 16 Maret 1983. Ia memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Ananda, Jakarta, dari tahun 1989 hingga 1995, dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di Labschool Jakarta antara tahun 1995 dan 1998.
Pada tahun 1998, ia melanjutkan pendidikannya di SMAN 3 Pontianak hingga tahun 2001. Setelah itu, ia mengambil pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada, kota kelahirannya, pada tahun 2001 dan berhasil lulus pada tahun 2005.
Perjalanan kariernya di industri musik Indonesia dimulai ketika ia bergabung dengan grup band Seventeen pada tahun 2006. Ia berhasil lolos audisi dan menggantikan posisi vokalis sebelumnya.
Bersama Seventeen, Ifan telah menghasilkan beberapa album yang populer, seperti "Lelaki Hebat" (2008), "Dunia Yang Indah" (2011), "Sang Juara" (2013), dan "Pantang Mundur" (2016), yang memperkuat posisinya di dunia musik Indonesia.
Namun, tragedi tsunami Selat Sunda pada tahun 2018 merenggut nyawa istrinya, Dylan Sahara, dan beberapa anggota Seventeen lainnya, yang menyebabkan kesedihan yang mendalam bagi Ifan dan keluarganya.
Selain bermusik, Ifan juga menunjukkan kemampuannya dalam dunia akting. Ia terlibat dalam film "Sukep: The Movie" (2019) dan ikut memproduksi film dokumenter "Kemarin" (2020) sebagai bentuk penghormatan kepada anggota Seventeen yang menjadi korban tsunami. Ia juga pernah tampil di beberapa sinetron, film, dan web series.
Puncak karier Ifan tercapai pada 10 Maret 2025, ketika ia ditunjuk sebagai Direktur Utama PT PFN. Jabatan ini merupakan prestasi yang luar biasa, menandai peran pentingnya dalam memajukan industri perfilman Indonesia.
Pengalamannya sebagai musisi dan aktor, ditambah dengan latar belakang pendidikan ekonominya, menjadikannya sosok yang ideal untuk memimpin perusahaan perfilman negara tersebut.
(Taufik Fajar)