JAKARTA - Gerakan UI Mengajar pendidikan dasar di tengah ketimpangan daerah (GUIM 14) secara resmi dibuka. Di sini masyarakat akan mulai melakukan pengabdian untuk pendidikan dasar, dengan semangat baru menciptakan inspirasi bagi masyarakat.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah pembicara, yaitu Dr. Drs., , dan Yosef Hilarius Timu Pera, M.Si (Dosen Departemen Sosiologi FISIP UI). Grand Opening juga dibuka secara daring oleh Anies Rasyid Baswedan (Founder Indonesia Mengajar) dan Hikmat Hardono (Ex-Chairman Indonesia Mengajar).
GUIM 14 siap mengemban misi membawa perubahan pada tahun 2025 di komunitas-komunitas yang membutuhkan.
"Harapannya, tema ini membuat kita sama-sama ingin bergandeng tangan di tengah reformasi pendidikan ini agar output kebijakan apa pun yang diharapkan bisa tercapai. Entah dalam berapa tahun, tapi pasti selalu menuju kebaikan," ujar Ketua Pelaksana GUIM 14, Kristania Atrix, Senin (30/9/2024).
Salah satu topik utama yang dibahas dalam talk show adalah ketimpangan pendidikan di daerah, khususnya dalam bidang iptek dan bahasa. Menjawab pertanyaan tentang ketimpangan ini, Dosen Departemen Sosiologi FISIP UI, Yosef Hilarius Timu Pera menekankan pentingnya komunitas lokal dengan mentor nonakademik.
“Menyoroti peran mahasiswa sebagai penggerak perubahan pendidikan melalui kolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Guru Pendidikan Dasar Kemendikbudristek RI Rachmadi Widdiharto menyoroti bahwa Indonesia belum mewajibkan Bahasa Inggris di SD, namun pemerintah sedang mengupayakan agar pada 2027, Bahasa Inggris dapat diterapkan mulai kelas 3.
Di sisi lain, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi alias Kak Seto menekankan pentingnya kompetensi guru dan pendidikan berbasis kasih.
(Feby Novalius)