Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

SD Swasta Jadi Primadona Orangtua, Peringatan untuk Sekolah Negeri

Yaser Rafi Pramudya , Jurnalis-Kamis, 18 Juli 2024 |07:37 WIB
SD Swasta Jadi Primadona Orangtua, Peringatan untuk Sekolah Negeri
SD Swasta jadi primadona orangtua dibandingkan SD Negeri (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Sekolah Dasar (SD) swasta kini menjadi primadona dan pilihan orangtua dibandingkan SD Negeri. SD di beberapa daerah mengeluhkan kekurangan murid lantaran orang tua murid ”lebih memilih” sekolah swasta dan sekolah berbasis agama.

Meski tidak terjadi di seluruh Indonesia, pengamat pendidikan menilai fenomena ini sebagai “peringatan” bagi dunia pendidikan.

Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina, Totok Amin Soefijanto, berpendapat sekolah negeri atau swasta bukanlah masalah, selama memiliki mutu dan kualitas yang sama dan bisa membuat anak didik lebih cerdas dan berakhlak.

Namun, pada kenyataannya, Totok juga tidak menampik bahwa sekolah negeri—tidak semuanya—memang mengalami “penurunan kualitas”, sehingga orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta yang dinilai lebih baik.

Meski memang tidak terjadi secara merata di seluruh wilayah Indonesia, tetapi Totok bilang fenomena ini “tidak bisa diabaikan begitu saja” dan menjadi “peringatan” yang membutuhkan perubahan untuk menghindari masalah di masa mendatang.

“Orang tua sekarang kan lebih kritis ya, misalnya melihat anaknya kok belum bisa berhitung matematika, literasinya kurang baik, sementara dia membandingkan dengan tetangganya atau saudaranya yang lain di sekolah swasta, kok lebih baik,” kata Totok dilansir dari BBC, Jakarta Barat, Kamis (18/7/2024).

Salah satu hal yang sering menjadi perbandingan—selain fasilitas—adalah soal guru, Kurikulum Merdeka yang dirancang untuk memberikan keleluasaan bagi para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, menurut Totok, malah membuat kesenjangan antara sekolah negeri dan swasta semakin terlihat.

Guru-guru di sekolah negeri dinilai “tidak siap” untuk meningkatkan kompetensi secara mandiri, sementara sekolah swasta—mulai dari instansinya hingga guru-gurunya—“sudah terbiasa mandiri” dan cepat merespons perubahan untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Totok mencontohkan, saat pandemi Covid-19 terjadi dia melihat guru-guru sekolah swasta “bergerak cepat”, menyesuaikan dan mengadaptasi teknologi yang diperlukan untuk memastikan proses belajar mengajar berjalan normal.

“Sementara di [sekolah] negeri menunggu instruksi, menunggu panduan. Jadi, beda modus, beda cara bekerjanya,” ujar Totok, seraya menyebut guru-guru di sekolah negeri “dibatasi regulasi”.

“Fleksibilitas” yang dimiliki sekolah swasta itulah yang dinilai Totok membuat mereka menjadi “lebih kreatif” ketika menghadapi kendala maupun hambatan.

“Bagaimana kita menghadapi berbagai perubahan, termasuk juga banyaknya mesin gim yang menjadi judi online, kemudian juga hal-hal yang mengandung kekerasan, diperagakan di media sosial secara vulgar. Nah, itu kan semuanya membutuhkan guru-guru yang sigap dan cerdas menghadapi perubahan,” ujarnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement