JAKARTA - IPB University kini memiliki profesor termuda, setelah ditetapkannya Azis Boing Sitanggang sebagai Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB.
Dosen Program Studi Teknologi Pangan yang menyelesaikan pendidikan doktoral di Technische Universitat Berlin bidang Chemical and Process Engineering ini mengatakan, titel profesor yang didapatkan merupakan hasil dari dukungan berbagai pihak baik mahasiswa maupun dosen senior, terutama dari Prof Slamet Budijanto, yang saat ini menjadi Dekan Fateta IPB University, yang banyak membimbingnya.
“Prof Slamet Budijanto yang menyadarkan saya ternyata ada peluang untuk menjadi profesor. Beliau melihat potensi dan publikasi-publikasi saya selama ini. Menjadi profesor adalah jalan yang kita buka sendiri, sesuatu yang kita siapkan dan harus distrategikan, bukan karpet merah yang telah disiapkan orang lain untuk kita,” kisahnya, dikutip dari laman IPB, Kamis (11/4/2024).
Penyandang gelar profesor termuda IPB University ini berfokus meneliti di bidang rekayasa proses pangan, lebih spesifik lagi pada rekayasa pangan fungsional.
Dia menjelaskan, bahwa banyak menggunakan keilmuan rekayasa proses pangan untuk memproduksi ingredien pangan fungsional.
“Pangan fungsional saat ini sedang menjadi tren. Sekarang, orang-orang tidak lagi hanya mengkonsumsi pangan untuk pemenuhan kebutuhan kalori, tapi juga menginginkan adanya manfaat atau dampak yang positif untuk kesehatan dari pangan yang telah dikonsumsi,” jelasnya.
Lebih lanjut lagi, dia dan grup penelitiannya mempelajari proses memproduksi peptida bioaktif, yaitu semacam fragmen protein kecil yang terdiri dari 2 sampai 20 asam amino dan memiliki aktivitas fungsional tertentu bagi tubuh, misalnya sebagai antioksidan, komponen pengatur tekanan darah dan lain sebagainya.
Dirinya juga menegaskan bahwa penelitiannya yang dikembangkan adalah berfokus pada teknologi untuk memproduksi ingredien fungsional, bukan formulasi atau pengembangan produk pangan fungsionalnya.
Prof Azis Boing Sitanggang telah mempublikasikan sebanyak 54 artikel terindeks Scopus. Dalam hasil publikasinya itu, ia bertindak sebagai penulis utama atau kadang kala sebagai corresponding author. Dia mengakui dalam satu tahun bisa menghasilkan 10-15 publikasi, bahkan bisa sampai 17 publikasi.