Akan tetapi, kurangnya jumlah guru BK dan stigma yang muncul membuat masalah bunuh diri di kalangan remaja atau pelajar masih sulit diberantas atau dicegah.
Pusat Kesehatan Jiwa Nasional melakukan penyuluhan program pencegahan kasus bunuh diri pada remaja di seluruh Indonesia. Program ini terdiri atas berbagai instrumen untuk mendeteksi risiko bunuh diri.
Berdasarkan wawancara bersama Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ, dalam Chief Talk Okezone, lembaga ini sudah mengidentifikasi kelompok remaja berisiko bunuh diri berdasarkan penelitian. Dan menurut dr. Nova, guru BK di sekolah kurang efektif untuk mencegah peristiwa tersebut.
“Kadang guru BK jumlahnya hanya 1 di setiap sekolah, siswa ratusan,” ujarnya dalam Chief Talk Okezone di Jakarta.
Belum lagi stigma yang muncul, kata dr. Nova, saat seorang siswa dipanggil menghadap guru BK. Seolah atau kesannya sang anak dinilai bandel atau nakal oleh teman-temannya.
“Misalnya saat dipanggil guru BK padahal ingin konseling tapi ternyata dinilai nakal atau bermasalah oleh temannya,” kata dia.
Dan terkadang, kata dr. Nova, seringkali dalam setiap diskusi bersama orangtua, fungsi guru BK dilibatkan dalam menentukan jurusan kuliah atau karier di masa depan. Padahal, menurut dr. Nova, keberadaan guru BK bisa membantu masalah kesehatan mental siswa.
“Maka hal ini juga menjadi catatan,” ucapnya.
Ada Tanda-Tanda Bunuh Diri
Menurut dr. Nova, orangtua dan guru atau bahkan teman bisa saja mendapatkan sinyal siswa yang mengalami masalah kesehatan mental dan tanda-tanda berniat bunuh diri. Salah satunya, kata dia, seseorang yang pernah mencoba bunuh diri, 50-70% biasanya akan kembali mencoba bunuh diri di kemudian hari.
“Pengalaman apa, saya dokter jiwa menangani pasien, pasien bunuh diri sebanyak 50-70% akan coba bunuh diri lagi. Psikiater tak memproses perasaan sendiri saat menghadapi kasus ini. Kita fokus pada perasaan pasien. Alarming sudah ada dan harus miliki instrumen ini untuk deteksi dini,” katanya.
Gejala atau tanda kasat mata di antaranya:
1. Merasa ingin lebih baik mati saja
2. Ada sentimental value
3. Ada perubahan perilaku
4. Mental problem yang tak tertahankan, sudah berusaha ke psikiater tetapi tak tuntas.
(Dani Jumadil Akhir)