Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Penelitian Kaitkan Kemampuan Mengatur Finansial dengan Daya Pikir Seseorang

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Minggu, 19 November 2023 |19:20 WIB
Penelitian Kaitkan Kemampuan Mengatur Finansial dengan Daya Pikir Seseorang
Penelitian terbaru kaitkan cara mengatur keuangan dengan daya kognitif (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Benarkah seseorang yang mampu mengatur keuangan, sudah pasti cerdas atau memiliki daya pikir yang kuat? Penelitian mengaitkan hal itu dengan beberapa indikator.

Kini sebuah studi baru menghubungkan tingkat optimisme finansial yang lebih tinggi dengan tingkat kemampuan kognitif yang lebih rendah. Penelitian tersebut dilakukan oleh Chris Dawson, seorang ekonom perilaku di University of Bath di Inggris. Dawson mengamati tanggapan survei terhadap 36.312 orang di Inggris, membandingkan ekspektasi mereka mengenai perubahan situasi keuangan rumah tangga dalam 12 bulan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi.

Lima indikator kemampuan kognitif juga dikumpulkan, menguji ingatan kata, kefasihan verbal, memori kerja, pemikiran abstrak, dan kemampuan matematika. Kontrol sosiodemografi dan sosioekonomi tertentu diterapkan pada hasil tersebut, untuk memungkinkan adanya variasi dalam usia, jenis kelamin, status perkawinan, ukuran rumah tangga, dan faktor lainnya. Apa hasilnya?

Hasil Penelitian

Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara kemampuan kognitif dan seberapa optimis atau pesimis seseorang: mereka yang mendapat nilai kemampuan kognitif tertinggi memiliki kemungkinan 38,4 persen lebih kecil untuk memiliki pola pikir optimis dan 53,2 persen lebih cenderung memiliki pola pikir pesimis, dibandingkan dengan mereka yang mendapat nilai terendah.

Mereka yang mendapat nilai tertinggi pada tes kognitif juga 22 persen lebih mungkin menjadi orang yang realis, yang dianggap paling obyektif dalam menghadapi situasi, tidak terlalu condong ke positif atau negatif.

 BACA JUGA:

“Hal ini menunjukkan bahwa konsekuensi negatif dari pola pikir yang terlalu optimis mungkin, sebagian, merupakan produk sampingan dari penyebab sebenarnya, yaitu rendahnya kemampuan kognitif,” tulis Dawson dalam makalahnya yang diterbitkan dalam keterangan resmi dilansir dari Science Alert, Minggu (19/11/2023).

Sebagai suatu spesies, kita umumnya cenderung terlalu optimis terhadap beberapa aspek kehidupan kita, seperti berapa lama kita akan hidup atau berapa banyak uang yang akan kita hasilkan. Pola pikir yang tidak realistis tersebut dapat menyebabkan keputusan yang buruk – misalnya tidak cukup menabung untuk masa pensiun.

Hal ini juga mempunyai beberapa manfaat: penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa optimisme lebih baik bagi kesehatan kita, atau setidaknya bagian tertentu darinya. Disposisi yang lebih cerah juga menyemangati orang-orang yang berhubungan dengan kita. Orang yang pesimis cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi sedangkan orang yang optimis memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah.

 BACA JUGA:

Penting untuk dicatat bahwa pengumpulan data dan hasil selanjutnya tidak cukup komprehensif untuk membuktikan hubungan sebab akibat – bahwa satu faktor secara langsung mempengaruhi faktor lainnya – namun tampaknya ada hubungan di sini yang patut diselidiki. Studi ini menunjukkan bahwa orang yang lebih cerdas mungkin lebih mampu mengendalikan optimisme yang tidak realistis, dan lebih mampu menilai informasi dengan jujur. Penelitian ini telah dipublikasikan di Buletin Psikologi Kepribadian dan Sosial.

(Marieska Harya Virdhani)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement