JAKARTA - Urgensi kesehatan jiwa kian hari turut memprihatinkan. Istilah di media sosial saat ini menyebut gangguan kesehatan jiwa dengan kata kena mental. Dalam penelitian terbaru, 1 dari 10 orang menderita gangguan kesehatan jiwa dan mental. Hal ini turut jadi perhatian nasional untuk melakukan tindakan preventif atas isu ini.
Salah satu kelompok yang harus jadi perhatian dan fokus dalam isu ini adalah kelompok usia anak dan remaja. Selain itu, usia rentan terdampak masalah kesehatan jiwa adalah ibu dan bayi pada 1000 hari pertama kehidupan serta para pekerja yang berada di usia produktif.
BACA JUGA:
Untuk mencegah berkembangnya masalah kesehatan jiwa menjadi darurat nasional, para profesor dan dokter menyelenggarakan Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa yang dilaksanakan di Auditorium Perpustakaan Nasional Jakarta, Selasa (14/11/2023).
“Upaya pengendalian kesehatan jiwa juga penting dilakukan melalui pergerakan masyarakat dan penguatan kolaborasi lintas sektor. Sinergi antar sektor kesehatan dan pemerintah, masyarakat sipil, dan swasta rutin membentuk ekosistem yang mendukung pembangunan manusia,” kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Y.B Satya Sananugraha, dikutip Rabu (15/11/2023).
BACA JUGA:
Isu gangguan kesehatan jiwa juga kerap dilanda oleh anak muda, khususnya para pelajar dan mahasiswa. Usia remaja merupakan waktu untuk mencari jati diri. Dalam prosesnya ini, akan banyak masalah ataupun halangan yang dapat mempengaruhi psikologis.
Melihat isu yang banyak menimpa mahasiswa ini, banyak upaya yang dilakukan oleh satuan pendidikan salah satunya kampus untuk mendidik mahasiswa sadar akan kesehatan jiwa. Sebab itu, banyak pihak universitas yang memfasilitasi mahasiswanya untuk mendapat pertolongan masalah kesehatan jiwa.
Contohnya di Universitas Indonesia khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Sejak 2019, UI melakukan skrining untuk mahasiswa baru menggunakan metode self reporting questionnaire (SRQ).
Dalam data terbaru, FISIP UI melakukan skrining pada mahasiswa baru mengenai kesehatan jiwa. Hasilnya sebanyak 10,8% mahasiswa baru di fakultas tersebut memiliki niat untuk bunuh diri. Dalam mencegah hal tersebut, FISIP UI membantu penyembuhan para mahasiswanya.
“Kami punya badan khusus konseling mahasiswa, yang secara khusus memiliki koneksi dengan para psikiater dan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang peduli pada masalah kejiwaan,” kata Dekan FISIP UI Prof Semiarto Aji Purwanto, dikutip Rabu (15/11/2023).
Menurutnya Aji, hasil skrining kesehatan jiwa pada mahasiswa baru FISIP UI menunjukkan niat bunuh diri tidak mengalami peningkatan polinomial. Itu artinya tidak terjadi situasi luar biasa yang mengarah ke niatan ingin bunuh diri secara masif. Namun hal itu tidak mengurangi peringatan untuk memperhatikan isu kesehatan jiwa pada generasi muda.
BACA JUGA:
“Kami (juga) sedang menskrining mengenai kekerasan seksual dan tahun depan kita akan segera bikin komite untuk pencegahan dan penanganan gangguan kesehatan jiwa. Itu akan jadi prioritas kami,” tambah Dekan FISIP UI sekaligus inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, Semiarto Aji Purwanto.
Mantan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan pemerintah harus memerhatikan kualitas SDM di ruang lingkup keluarga guna menghindari gangguan kesehatan jiwa. Menurut dia, gejala gangguan kesehatan jiwa muncul dari keluarga dengan pola asuh yang salah.
"Ketahanan keluarga itu penting. Ini bagi pasangan muda, kalau mau berumah tangga, ayolah agar keluarga yang berencana. Bertanggung jawab atas perkembangan mental anak dan tumbuh kembang anak," ucapnya.
(Marieska Harya Virdhani)