JAKARTA - Indonesia tengah gencar menggulirkan program konversi dari mobil konvensional ke mobil listrik atau kendaraan listrik. Sebagai mahasiswa dan peneliti yang fokus dengan pengembangan mobil listrik, Tim Anargya yang merupakan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) punya pendapat sendiri soal perkembangan mobil listrik.
Tim Anargya EV ITS selama ini dikenal fokus membangun dan mengembangkan mobil listrik inovatif dalam hal teknologi dan masa depan balap. Mereka selalu menjadi pesaing kuat di kompetisi Formula SAE Jepang dan meraih juara di Bharat. Mereka merupakan mahasiswa dari berbagai jurusan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember seperti Teknik Mesin, Teknik Fisika, Teknik Elektro, Teknik Industri, Kimia, Arsitektur, dan Manajemen Bisnis.
BACA JUGA:
“Anargya ITS EV Team, itu nama lengkap kami. EV adalah electric vehicle. Kami adalah tim riset ITS otomotif bergerak di bidang motor listrik dan kendaraan listrik,” kata perwakilan Tim Anargya ITS Syifa'ur Rahman dalam Special Dialogue Okezone, dikutip Selasa (24/10/2023).
Bicara soal perkembangan mobil listrik di Indonesia, menurut Syifa, sejauh ini sudah cukup pesat. Dari segi harga, saat ini sudah terjangkau diakses oleh masyarakat.
BACA JUGA:
“Kami sebagai tim yang fokus dalam kendaraan listrik, sangat berharap perkembangan kendaraan listrik di Indonesia semakin maju lagi. Mungkin kendaraan listrik di Indonesia sudah cukup baik. Mobil listrik sudah banyak di mana-mana. Motor listrik dari ITS juga akan dikembangkan lagi. Memang fasilitas belum mencukupi. Kami memiliki motivasi berkontribusi kembangkan kendaraan listrik di Indonesia,” ucapnya.
Tantangan dan Hambatan
Perwakilan Anargya EV ITS lainnya Farah Zamir Salsabila menilai adalah akses pengisian daya baterai yang masih minim. Hal itu terjadi terutama di luar Jabodetabek.
“Hambatannya, charging station, di Surabaya saja masih jarang banget. Lebih banyak SPBU. banyak orang mikir 2 kali untuk beli mobil listrik. Ah lebih baik mobil biasa aja, cas di mana masih sulit,” kata Zamir.
Untuk rencana strategis, kata dia, akademisi dan pemerintah harus memutar otak bagaimana mobil listrik dan daya baterainya bisa terjangkau oleh masyarakat. Salah satunya menciptakan baterai yang tahan lama.
“Berusaha kembangkan baterai lebih awet lagi, biar gak struggle cari stasiun pengisian ke mana-mana. Karena di daerah itu enggak seperti di Jakarta yang mudah diakses. Kita bikin baterai lebih tahan lama, battery station harus lebih mudah terjangkau,” ucapnya.
Belajar dari Jepang
Mereka merupakan tim pemenang dalam gelar FSAE Jepang 2023. Karena itu, mereka melihat sendiri bagaimana perkembangan mobil listrik di Jepang.
BACA JUGA:
“Di Jepang, kami melihat sendiri bagaimana di Jepang. Dari segi otomotif sendiri di Jepang sangat baik. Dari segi vehicle di sana merupakan otomotif terbaik. Tapi memang dari segi desain, kita juga gak kalah kok dari Jepang,” kata Syifa.
(Marieska Harya Virdhani)