JAKARTA - Berbagai masalah kekerasan hingga bunuh diri di kalangan anak dan remaja harus disikapi serius oleh semua pemangku kepentingan. Kondisi ini berawal dari masalah gangguan kesehatan mental.
Di usia yang belum matang, anak dan remaja cenderung masih labil sehingga sangat rentan terhadap hal-hal sensitif yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Kesehatan mental yang terganggu dapat mengakibatkan anak dan remaja mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya yang dianggap sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah dengan cepat.
BACA JUGA:
Menurut Psikolog Anak dan Remaja Fabiola Priscilla, dikutip Minggu (15/10/2023), berikut faktor penyebab bunuh diri pada kalangan remaja dan anak yang perlu diwaspadai orangtua agar bisa mencegah kejadian yang tak diinginkan. Apa saja?
BACA JUGA:
Alasan Fenomena Bunuh Diri di Kalangan Anak dan Remaja
1. Karakteristik dan kondisi pribadi
Pemicu bunuh diri bisa disebabkan karena memiliki karakteristik tertentu seperti trauma masa lalu, mengalami tekanan emosi yang sulit untuk ungkapkan, mudah mengalami distress, merasa kurang berharga atau kurang percaya diri, sulit mengutarakan isi hati atau perasaannya, dan sebagainya.
Kondisi diri seperti di atas dapat membuat remaja merasa tidak berdaya dan akhirnya berniat untuk menyakiti atau mengakhiri hidupnya
BACA JUGA:
2. Gangguan kesehatan mental
Gangguan mental yang disadari maupun diabaikan oleh remaja dapat memicu tindakan untuk mengakhiri hidup. Misalnya kesulitan tidur, gangguan makan, depresi, kecemasan , bipolar atau obsesif kompulsif yang tidak ditangani dengan baik.
Dampak gangguan kesehatan mental juga dapat membuat remaja mengambil reaksi atau tindakan yang tidak matang, seperti menyakiti dirinya ketika dihadapkan pada situasi yang menekan.
3. Pengaruh lingkungan
Lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial juga dapat menjadi alasan remaja menyakiti diri atau ingin mengakhiri hidupnya. Misalnya, konflik atau permasalahan keluarga yang berkepanjangan sehingga membuat remaja tidak aman atau tidak nyaman berada di lingkungan rumah, pola pengasuhan yang otoriter, sehingga remaja merasa tidak didengarkan, kesepian, tidak merasa dicintai atau dipenuhi kebutuhan psikologisnya.
Sedangkan lingkungan sosial dapat berupa pengalaman perundungan yang diterima remaja sehingga membuatnya merasa rendah diri, tidak percaya diri, rendah diri, tidak berdaya dan memendam banyak emosi negatif.
(Marieska Harya Virdhani)