JAKARTA - Dalam prosesi wisuda, seorang wisudawan wajib menggunakan toga. Ternyata toga sudah digunakan sejak era Kekaisaran Romawi dan diartikan sebagai penutup. Dalam laman Fashion History, diketahui bahwa toga lebih banyak digunakan oleh pria. Penggunaan toga oleh bangsa Romawi menjadi seni tersendiri dengan banyaknya lipatan-lipatan gantung. Di sisi lain, toga menjadi simbol perdamaian seperti layaknya jubah perang.
Terdapat pula pendapat lain. Dalam buku ‘Islam di Eropa’ karya Jack Goodym sebagaimana dilansir dari laman Bayt Al Fann, baju wisuda dikatakan berasal dari pakaian Arab, yang disebut dengan thawb. Pakaian tersebut memiliki desain longgar dan menjadi lambang integritas skolastik yang paling jelas termasuk dalam acara wisuda sebagai tanda kelulusan dan saat debat akademik. Sejak itu, adaptasi dari jubah yang longgar dan lebar tersebut menyebar ke seluruh dunia dan melekat hingga saat ini.
Meskipun tidak ada data pasti kampus mana yang pertama kali melakukan wisuda, namun Universitas Oxford dan Universitas Cambridge diketahui sebagai kampus pertama di Barat yang resmi menggunakan toga sebagai pakaian wisuda. Laman Walters of Oxford menyebut, penggunaan toga dilakukan karena pihak kampus ingin mahasiswanya mengenakan gaun kelulusan seragam, lengkap dengan tudung dan topinya. Penggunaan toga yang dilakukan sejak tahun 1300-an itu juga bertujuan untuk menciptakan persatuan dan ketertiban di lingkungan kampus.
Jubah digunakan untuk melambangkan pencapaian akademik selama di universitas. Selanjutnya, ada tudung yang menandakan warna kelulusan. Tudung dikenakan di atas bahu oleh setiap wisudawan. Sama seperti pakaian wisuda lain, tudung merepresentasikan seseorang yang sudah menamatkan proses belajarnya hingga memiliki gelar akademik, baik itu sarjana, master, maupun doktor.
Kampus juga mengharuskan mahasiswanya mengenakan topi atau soft cap selama wisuda. Topi yang diperkirakan sudah digunakan sejak tahun 1800-an itu menandakan pencapaian dan perjuangan panjang mahsiswa untuk meraih gelar akademik. Sebagian sejarawan percaya bahwa soft cap sebenarnya berbentuk seperti buku, namun ada pula yang melihat bahwa bentuknya lebih menyerupai papan mortir yang digunakan tukang batu. Apa pun artinya, soft cap ini juga menjadi komponen penting yang digunakan dalam proses wisuda.
Satu hal menarik yang kemudian banyak dipertanyakan adalah, mengapa toga berwarna hitam? Jawabannya sungguh sangat menyentuh. Warna hitam pada toga melambangkan misteri dan kegelapan yang berhasil dikalahkan selama menempuh pendidikan di universitas. Selain itu, warna hitam juga dihadirkan sebagai simbol keagungan. Warna hitam yang dianggap sebagai simbol gelap, misteri, dan duka kematian nyatanya memiliki arti mendalam di balik penggunaannya sebagai toga.
(Qur'anul Hidayat)