Lalu, pelaku bully secara verbal. Ia dapat membuat rumor tentang si korban, mempermalukan si korban secara pasif agresif.
Terakhir, pelaku bully tambahan. Ia bukan dalang utama penyerangan, tetapi hanya ikut-ikutan ataupun hanya mengamati saat terjadi bullying karena takut dijadikan korban selanjutnya.
Media sosial tidak bisa sepenuhnya disalahkan atas fenomena ini karena semuanya kembali lagi kepada penggunanya. Sebagai manusia yang diciptakan dengan akal dan hati nurani kita harus bijak dalam menggunakan media sosial. Terlebih lagi ada jejak digital yang sifatnya abadi.
Ketika kita menyerang seseorang dengan komentar jahat, sebenarnya kita tidak mendapat keuntungan apa-apa. Kita juga tidak menjadi lebih baik daripada orang yang kita serang. Justru kita terlihat seperti pengecut yang hanya berani bersembunyi di balik keyboard.
Penulis : Talitha Nabila adalah mahasiswi Universitas Padjajaran yang juga aktif pada Pers Mahasiswa Vonis
Sumber: https://www.urbandictionary.com/define.php?term=Keyboard%20Warrior
https://www.themckeownclinic.co.uk/the-psychology-of-a-keyboard-warriors/
https://discover.hubpages.com/education/Online-Bullying-and-Keyboard-Warriors-Why-Normal-People-Attack-on-Social-Media
(Erha Aprili Ramadhoni)