Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menguak Penyebab Gempa Dahsyat Turki, Apa Benar karena Garis Patahan?

Fatmawati , Jurnalis-Minggu, 19 Februari 2023 |06:28 WIB
Menguak Penyebab Gempa Dahsyat Turki, Apa Benar karena Garis Patahan?
Gempa Turki. (Foto: Reuters)
A
A
A

Sesar mundur atau dorong

Sesar mundur atau dorong terjadi ketika bidang-bidang bersatu dan salah satu bidang terdorong ke atas.

Mereka dikaitkan dengan perbatasan konvergen dan seringkali membentuk patahan terbesar karena “mereka cenderung menembus permukaan Bumi pada sudut tertentu, yang menciptakan wilayah yang lebih luas di mana deformasi rapuh dapat terjadi," menurut Dr Hawthorne.

Berikut beberapa contoh sesar mundur.

Palung Jepang

 

Zona patahan Palung Jepang merupakan cekungan bawah laut yang dalam dan membentang dari utara ke selatan, sebelah timur pulau-pulau Jepang, dan pemisah antara lempeng Eurasia dari lempeng Pasifik.

Buntut dari gempa bumi mematikan di Tohoku-Oki dengan magnitudo 9,1 yang melanda pesisir Jepang pada Maret 2011 menghasilkan pergeseran sejauh 50 meter di sepanjang patahan.

Pecahnya sebagian dari zona subduksi di sepanjang Palung Jepang ini menyebabkan kerusakan parah dan jatuhnya korban jiwa.

Gempa tersebut juga memicu tsunami yang menghancurkan wilayah pesisir dan menyebabkan ledakan nuklir di Fukushima yang menciptakan "bencana tiga kali lipat".

Palung Peru-Chili

Dikenal juga dengan sebutan sistem patahan Atacama, Palung Peru-Chili terletak di bagian timur Lautan Pasifik, sekitar 160km dari pesisir Peru dan Chili.

Palung ini letaknya tepat di antara lempengan Nazca dan lempengan Amerika Selatan.

Kerak samudra lempengan Nazca bergerak di bawah kerak benua lempengan Amerika Selatan. Hal ini kemudian memicu sejumlah aktivitas seismik skala besar.

Pada 22 Mei 1960, sebuah gempa besar berkekuatan 9,5 melanda Kota Valdivia di Chili selatan, yang dianggap sebagai gempa terbesar yang pernah tercatat.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa energi yang dilepaskan mencapai 20.000 kali lipat dari bom yang jatuh di Hiroshima pada Perang Dunia II.

Namun, jika Anda tinggal di dekat garis patahan, itu belum tentu menjadi hal yang mengkhawatirkan.

Dr Hawthorne mengatakan bahwa tidak semua patahan memiliki potensi timbul gempa. “Cukup banyak ruas-ruas patahan yang tidak mengalami gempa, atau hanya terjadi getaran kecil-kecil saja,” ujarnya.

"Mereka hanya merayap secara bertahap," ungkap dia.  

(Widi Agustian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement