CANBERRA - Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra terus berusaha mempromosikan pendidikan tinggi Indonesia untuk bisa bekerja sama dengan universitas di Australia.
Dalam kunjungan kerja ke Charles Sturt University pada Selasa (14/02/2023), Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib ditemui oleh Mike Ferguson, Wakil Rektor bidang Internasional Charles Sturt University.
Dalam kesempatan tersebut Atdikbud Najib menjelaskan tentang transformasi pendidikan tinggi yang sedang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Pemerintah Indonesia sangat mendorong universitas di Indonesia untuk meningkatkan kerja sama internasional, baik dalam bidang pendidikan maupun penelitian.
“Saat ini, pemerintah Indonesia bukan hanya memotivasi, tapi juga memfasilitasi universitas untuk melakukan kolaborasi internasional. Pemerintah memberikan beasiswa untuk pertukaran pelajar di luar negeri, memfasilitasi jika ada professor kelas dunia yang ingin mengajar, membimbing atau melakukan kolaborasi penelitian di Indonesia, dan pemerintah juga membuka kesempatan kepada kampus di luar negeri yang ingin membangun fasilitas lab di Indonesia atau bahkan membuka cabang kampusnya” jelas Najib.
Atdikbud mengajak Charles Sturt University untuk menjadi bagian dari proses transformasi pendidikan tinggi di Indonesia dengan cara mengembangkan kerja sama dalam penguatan mutu akademik dan penelitian dengan universitas-universitas di Indonesia.
Menurut Najib, saat ini adalah saat yang tepat bagi Charles Sturt University untuk mengembangkan kerja sama dengan Indonesia, karena pemerintah sedang kuat-kuatnya mendorong dan memfasilitasi universitas di Indonesia untuk melakukan kolaborasi internasional.
Menanggapi hal tersebut, Mike Ferguson menyampaikan ketertarikannya untuk bekerjasama dengan universitas di Indonesia. Menurut Mike, Charles Sturt University termasuk yang tertinggal dalam pengembangan kerjasama internasional jika dibandingkan dengan kampus yang tergabung dalam “group of eight”.
Kampus “group of eight” merupakan kelompok dari 8 kampus top di Australia seperti Australian National University, University of Sydney, dan University of New South Wales.
“Saat ini dapat dikatakan kami baru menggencarkan lagi agenda kerja sama internasional. Salah satu yang kami tuju adalah Indonesia, karena kami menyadari universitas di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bisa bekerjasama dalam bidang pendidikan dan penelitan” jelas Mike.
Mike juga menambahkan bahwa salah satu keunggulan dari Charles Sturt University adalah dalam bidang pertanian, karena itu dirinya mengaku mencari mitra universitas di Indonesia yang juga kuat dalam bidang pertanian.
Mike mengatakan jika sebelumnya telah melakukan identifikasi pada kampus-kampus di Indonesia yang dianggap potensial untuk bekerja sama dengan Charles Sturt University.
"Kami kuat dalam bidang pertanian, saya pikir sangat cocok dengan kebutuhan Indonesia. Oleh karena itu kami ingin juga bekerjasama dengan kampus seperti IPB University dan Universitas Gadjah Mada, khususnya dalam pengembangan pendidikan dan penelitian pertanian. Selain itu, kami juga ingin bekerjasama dengan kementerian di Indonesia untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia seperti mengadakan pelatihan maupun lokakarya” tutup Mike.
Selain dalam bidang pertanian, Charles Sturt juga memiliki keunggulan dalam bidang studi lingkungan; bisnis dan manajemen; humaniora; ilmu sosial; hukum; keperawatan; dan ilmu kedokteran hewan.
Pimpinan Charles Sturt berencana berkunjung ke Indonesia dan meminta arahan KBRI Canberra kampus mana saja yang sekiranya dapat dikunjungi pada tahap awal untuk penjajakan kerja sama.
Kunjungan sendiri direncanakan pada pertengahan tahun 2023 atau awal tahun 2024, sesuai dengan perkembangan yang ada nantinya.
(Natalia Bulan)