Ganta menerangkan bahwa saat itu dirinya menerima dua kabar berbeda. Pertama, ada yang mengatakan Nur Riska akhirnya menyerah. Kabar kedua, menyebutkan bahwa Nur Riska mencari kerja untuk membayar UKT semester selanjutnya.
"Saya sendiri lebih percaya yang nomor dua. Orang segigih dia tak mungkin menyerah," ucapnya.
Saat itu, sambung Ganta, banyak yang ingin dirinya tanyakan langsung ke Nur Riska. Namun, pertanyan-pertanyaan iyu sudah tak bisa lagi dijawab oleh rekannya satu kampus itu. "Karena tepat 9 Maret 2021 ia sudah meninggal dunia," ujarnya.
"Lagi, saya kembali disadarkan bahwa kita tidak sedang hidup di Novel Laskar Pelangi. Apa yg salah dari mimpi Riska? Ia hanya ingin menjadi sarjana demi membantu ibunya. Bahkan di hari pemakamannya, ibunya berkisah bahwa Riska tidak pernah meminta uang," cuit @rgantas.
Menurut Ganta, sejak sekolah Riska sudah membantu ibunya. Dulu dirinya jualan kecil-kecilan di sekolah. Dari susu jeli, teh tarik, bakso, sampai sosis. Riska juga seorang pesilat. Bahkan dia mencoba mencari uang dengan ikut tarung bebas di desa-desa.
Semua demi keluarganya. Ia berusaha tangguh. "Namun, nyatanya ia tidak setangguh itu. Selama ini dia mengidap hipertensi yg amat buruk. Ancamanan putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS. Pembuluh darah di otaknya pecah," tulis Ganta.
"Ia pun menyerah pada 9 Maret 2022. Meninggalkan keluarganya beserta mimpi-mimpinya. Saya kehilangan satu teman berharga. Negara ini kehilangan satu potensi besar yg kelak membangun bangsa. Dan kita kehilangan satu lagi orang baik di dunia," tuturnya.
(Fakhrizal Fakhri )