Hasil aktualisasi tersebut harus dikawal sampai bermanfaat di masyarakat.
“Karena tanpa itu semuanya, hasil inovasi dan produksi hanya akan berhenti di atas meja,” tegasnya.
Dirinya berharap, hasil inovasi civitas akademika UNAIR dapat secara riil berguna bagi masyarakat dan menembus pasar komersial. Prof Nasih menyayangkan bahwa belum banyak masyarakat yang percaya dengan inovasi-inovasi baru yang dibawa.
“Sesungguhnya persoalan utama kita bukan pada bagaimana kita memproduksi, tapi bagaimana produksi karya anak bangsa itu mendapatkan tempat terhormat. Masih banyak orang yang meragukan. Dan ketika masyarakat masih ragu, tidak ada kemanfaatan yang secara optimal bisa kita lakukan,” tuturnya menyayangkan.
Contohnya adalah Vaksin Merah Putih dan sel punca (stem cell) yang dihasilkan oleh UNAIR. Perlu waktu lama bagi dua inovasi tersebut untuk terserap pasar dan bermanfaat bagi masyarakat. Padahal, kualitas Universitas Airlangga sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia tidak perlu diragukan lagi.