Pada tahun 1895, Oxford English Dictionary (OED) memasukkan kata Schadenfreude untuk pertama kalinya dan mendefinisikannya sebagai kenikmatan jahat atas kemalangan orang lain (Abdillah, 2019).
Schadenfreude kemudian didefinisikan sebagai “pleasure derived from another’s misfortune”, yaitu “kebahagiaan yang berasal dari kemalangan orang lain”.
Hal ini menggambarkan emosi dalam diri seseorang yang seringkali muncul saat orang lain mengalami hal buruk (Hasanah et al., 2022).
Shcadenfreude ini muncul karena adanya emosi negatif yang ditimbulkan oleh peristiwa membahayakan atau mengancam kekhawatiran individu, sedangkan emosi positif ditimbulkan oleh peristiwa yang memuaskan kekhawatiran ini.
Contoh emosi negatif yang menjadi anteseden dari schadenfreude, yaitu rasa iri (envy), rasa pantas (deservedness), rasa tidak suka (dislike), inferiority; dan social sharing emotion.
Anteseden ini merupakan emosi negatif yang dapat memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu (Thinking et al., 2022).
Dengan kata lain, sesuatu tentang kemalangan orang lain harus dapat memberikan kepuasan atas masalah atau kekhawatiran orang yang mengalami schadenfreude.
Dengan demikian, kemalangan seorang teman yang didengki, dapat membangkitkan schadenfreude jika kemalangan ini memberi manfaat psikologis bagi pelaku.