Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

8 Fakta Koleksi Museum Sumpah Pemuda, Mengenang Perjuangan Tokoh untuk Kemerdekaan RI

Natalia Bulan , Jurnalis-Selasa, 25 Oktober 2022 |15:14 WIB
8 Fakta Koleksi Museum Sumpah Pemuda, Mengenang Perjuangan Tokoh untuk Kemerdekaan RI
Diorama di Museum Sumpah Pemuda/Dok. Museum Sumpah Pemuda
A
A
A

JAKARTA - Berikut ini adalah 8 fakta koleksi Museum Sumpah Pemuda untuk mengenang perjuangan tokoh-tokoh muda dalam memerjuangkan Kemerdekaan RI.

Sebagai peringatan kepada para para pemuda Indonesia, dibangunlah Museum Pemuda Indonesia yang merupakan museum sejarah perjuangan Kemerdekaan RI.

Museum tersebut berada di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.

Gagasan mendirikan Museum Sumpah Pemuda berasal dari pelaku Kongres Pemuda Kedua. Dikutip dari laman Museum Sumpah Pemuda, mereka berpendapat bahwa nilai-nilai persatun yang dirintis generasi 28 harus diwariskan kepada generasi yang lebuh muda.

Oleh karena itu, pada tanggal 15 Oktober 1968, Prof. MR. Soenario berkirim surat ke Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin untuk meminta perhatian dan pembinaan terhadap Gedung Kramat 106 agar nilai sejarah yang terkandung di dalamnya tetap terpelihara.

Gubuernur DKI Jakarta melalui SK Gubernur No.cb.11/1/12/72 jo Monumenten Ordonantie Staatsblad No. 238 tahun 1931, tanggal 10 Januari 1972, kemudian menetapkan Gedung Kramat 106 sebagai benda cagar budaya.

Untuk tindak lanjut SK Gubernur tersebut, Gedung Kramat 106 kemudian dipugar Pemda DKI Jakarta pada 3 April 1973 dan selesai pada 20 Mei 1973.

 Gedung Kramat 106 kemudian dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda yang diresmian oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pada 20 Mei 1973.

Pada tanggal 20 Mei 1974 Gedung Sumpah Pemuda kembali diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto.

Museum ini pun memiliki koleksi yang memiliki fakta-fakta yang akan dibahas selengkapnya di bawah ini:

1. Patung Prof. MR. Soenario

Patung Prof. MR. Soenario adalah satu di antara tokoh Indonesia pada masa pergerakan Kemerdekaan Indonesia dan pernah menjabat sebagau pengurus Perhimpunan Indonesia di Belanda.

Pada tahun 1968, Sunario berprakarsa mengumpulkan pelaku sejarah Sumpah Pemuda dan meminta kepada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin untuk mengelola dan mengembalikan gedung Kramat Raya 106 ke bentuk semula.

2. Bendera INPO

Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) atau Organisasi Pandu Nasional Indonesia adalah peleburan dua organisasi kepanduan dari Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische Padvinderij Organistie (JIPO).

Pada tahun 1926 di Bandung, keduanya pun melebur dan menjadi INPO yang memiliki identitas bendera berukuran 84 cm x 120 cm berwarna merah dan putih.

3. Monumen Persatuan Pemuda

Monumen Persatuan Pemuda diresmikan oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Hayono Isman pada 24 Oktober 1994.

Monumen ini menjadi simbol kekuatan yang dibangun dengan persatuan dan kesatuan para pemuda, hal ini ditunjukkan dalam bentuk 'Tangan Terkepal'.

4. Patung Mohammad Tabrani

Mohammad Tabrani adalah jurnalis dan politikus Indonesia yang digolongkan sebagai wartawan dari angkatan tua sekaligus pelopor pemakaian Bahasa Indonesia.

Sepanjang pergerakan nasional Indonesia, namanya selalu tercatat. Ia dikenal sebagai seorang tokoh Jong Java dan pemimpin redaksi Harian Pemandangan.

5. Biola W.R. Supratman

Biola tersebut dibuat oleh Nicolaus Amatus, seorang seniman pengrajin biola di Cremona Italia pada tahun 1600'an.

Biola milik W.R Supratman ini merupakan hadiah dari Willem van Eldik yang dibeli di Makassar pada tahun 1914.

Pada 28 Oktober 1928 biola ini digunakan untuk melantunkan lagu Indonesia Merdeka di depan peserta Kongres Pemuda Kedua di Gedung Kramat 106.

Lagu tersebut kemudian diberi judul Indonesia Raya yang akhirnya menjadi lagu Kebangsaan Indonesia.

Pasca-W.R. Supratman meninggal dunia pada 17 Agustus 1938, biola ini kemudian dirawat oleh kakaknya, Ny. Roekijem Soepratijah.

Pada tahun 1974, ketika Museum Sumpah Pemuda diresmikan, Ny. Roekijem, sebagai wakil keluarga Wage Rudolf Soepratman menyumbangkan biola tersebut untuk disimpan di museum.

6. Patung W.R. Supratman

Dalam pelaksanaan Kongres Pemuda Indonesia Kedua pada 27-28 Oktober 1928, W.R. Supratman terlibat.

Bahkan di kongres tersebut untuk pertama kalinnya ia memperdengarkan lagu Indonesia Raya di depan seluruh peserta sebelum Ikrar Sumpah Pemuda dibacakan.

Namun, setelah Kongres Pemuda Indonesia Kedua, kehidupannya tak lagi tenang karena terus dimata-matai oleh polisi rahasia Belanda karena menggunakan kata 'Merdeka' di dalak lagu karyanya tersebut.

Kondisi kesehatannya juga semakin menurun dan ia meninggal pada 17 Agustus 1938 karena gangguan jantung yang dideritanya.

7. Patung Panitia Kongres 27-28 Oktober 1928

Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan di Weltevreden pada 27-28 Oktober dengan susunan panitia yang terdiri dari:

- Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)

- Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)

- Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)

- Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)

- Pembantu I: Djohan Mohammad Tjaja (Jong Islamieten Bond)

- Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia)

- Pembantu III: R. C. L. Senduk (Jong Celebes)

- Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)

- Pembantu V: Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi

8. Patung Mohammad Yamin

Mohammad Yamin adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Ia adalah salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus pencipta imaji Keindonesiaan yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.

(Natalia Bulan)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement