Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ratu Elizabeth II Wafat, Analis Politik Internasional UNS Soroti Dampaknya bagi Kerajaan Inggris

Natalia Bulan , Jurnalis-Senin, 12 September 2022 |11:25 WIB
Ratu Elizabeth II Wafat, Analis Politik Internasional UNS Soroti Dampaknya bagi Kerajaan Inggris
Analis politik internasional UNS Surakarta, Ign. Agung Satyawan, Ph.D/Dok. UNS
A
A
A

Ia mencontohkan keinginan Australia yang berniat melepaskan diri dari Negara-negara Persemakmuran.

Akan tetapi, keputusan tersebut batal dilakukan karena mayoritas rakyat Australia menolak proposal pemutusan hubungan dengan Inggris dan menjadi republik pada tahun 1999.

Dalam hal ini, 54,87 persen menolak dan 45,13 persen setuju dengan wacana Australia berdiri sebagai republik dan memisahkan diri dari Negara-negara Persemakmuran.

"Namun, pada referendum tahun 1999, rakyat Australia tetap menginginkan ikatan dalam persemakmuran dengan Britania Raya," terang Agung Satyawan, Ph.D.

Raja Charles III dan Keluarga Kerajaan

Wafatnya Ratu Elizabeth II secara otomatis mengalihkan tampuk kekuasaan kepada putra sulungnya, Pangeran Charles, yang berstatus sebagai ahli waris takhta.

Charles yang dulunya dianugerahi Pangeran Wales bahkan sudah naik takhta menjadi Raja Charles III setelah Dewan Aksesi mengumumkan gelar barunya sebagai pemimpin monarki pada Sabtu (10/9/2022).

Meskipun proses transfer kekuasaan dari Ratu Elizabeth II yang wafat kepada Raja Charles III berjalan damai, ada beberapa faktor yang diperkirakan mengganjal pamor Sang Raja.

Salah satunya adalah insiden meninggalnya Putri Diana akibat kecelakaan mobil bersama kekasihnya, Dody Al Fayed, di Paris, Prancis pada tahun 1997 silam

Insiden tersebut menyudutkan nama Raja Charles III, termasuk Ratu Elizabeth II, yang diduga berkonspirasi untuk menghilangkan nyawa Putri Diana yang berencana menikahi Dody Al Fayed.

Tidak berhenti sampai di situ, keberadaan Camilla Parker Bowles sebagai istri baru Raja Charles III tidak kalah kontroversial setelah keduanya menikah pada 9 April 2005 silam.

Menurut Agung Satyawan, Ph.D, aroma perselingkuhan yang mendera bahtera rumah tangga Raja Charles III dan Putri Diana memang mengguncang Kerajaan Inggris.

Namun, untuk keputusan Raja Charles III menikahi Camilla disebutnya hanya masalah waktu.

"Bahkan (red: Camilla) pernah ditolak oleh publik. Namun, setelah berjalannya waktu, publik akhirnya dapat menerima Camilla dalam jajaran keluarga kerajaan. Pangeran Charles dengan istrinya sering tampil dimuka umum," tuturnya.

Hubungan dengan Pangeran Harry

Selain dua masalah yang sudah disebutkan, Agung Satyawan, Ph.D menyampaikan, Raja Charles III memiliki dua pekerjaan rumah yang perlu untuk dirampungkan.

Salah satunya adalah kemampuan Raja Charles III untuk meyakinkan Negara-negara Persemakmuran bahwa mereka akan lebih sejahtera di bawah Britania Raya.

"Ketika Raja Charles III naik takhta, maka otomatis ia adalah simbol sebagai kepala negara, tidak hanya untuk Britania Raya saja namun juga negara-negara persemakmuran," ungkap Agung Satyawan, Ph.D.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement