MELBOURNE - Melalui proses yang cukup lama, Muhammadiyah kini memiliki satu sekolah di Kota Melton, Melbourne, Australia.
Muhammadiyah Australia College (MAC) tahun ini sudah memulai proses belajar-mengajar dan menerima murid yang orangtuanya berasal dari berbagai negara.
Mengutip dari laman Intergrity Law Firm, MAC memiliki kurikulum berbasis pelajaran umum dan Islam dan dicita-citakan menghasilkan anak didik yang berilmu dan bertakwa.
Melalui video berdurasi 3 menit 41 detik, Kepala Sekolah Muhammed Edwards pun menceritakan secara singkat perintisan sekolah Muhammadiyah ini.
"Kalau mulai berdirinya kita coba ide ini 2013, kemudian kita coba beli properti, tapi sayangnya kita tidak dapat Planning Permit di sana. Sehingga tahun 2020 akhirnya kita dapat ini," jelas Muhammed Edwards.
Menurutnya, izin pembuatan sekolah memang sulit sehingga membutuhkan waktu hingga sembilan tahun sampai MAC berhasil berdiri di Melbourne.
Muhammed Edwards juga mengungkapkan bahwa MAC ini adalah sekolah Muhammadiyah pertama yang ada di luar Indonesia.
Mengutip dari laman Muhammadiyah, di awal pendiriannya, MAC bukan hanya kesulitan modal finansial untuk pembebasan lahan tetapi juga sempat mengalami penolakan dari warga setempat hingga harus bersabar saat Pemerintah Australia melakukan proses seleksi yang ketat.
“Bermimpi setinggi-tingginya dan kita pasti bisa. Setiap langkah yang kita ambil, setiap kesulitan itu adalah kesempatan untuk belajar dan juga untuk memperbaiki diri untuk lebih baik lagi. Jadi tantangan itu sebetulnya bukan halangan, tapi kesempatan untuk belajar,” ungkap Muhammad Edwards.
Edwards menuturkan bahwa ide pendirian Muhammadiyah Australia College disampaikan pertama kali ketika Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Australia menjamu kunjungan PP Muhammadiyah ke Melbourne antara tahun 2012-2013.
PP Muhammadiyah saat itu diwakili oleh Haedar Nashir, Dahlan Rais, Muhadjir Effendy, dan Zamroni.
“Kita gulirkan ide (pendirian Muhammadiyah Australia College) PCIM ini dan disambut dengan baik. Kebetulan banyak dari Sumber Daya Manusia Muhammadiyah waktu itu di Australia,” kata Edwards. Dirinya bahkan terbang ke Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tahun 2015 untuk menagih dukungan lebih dari PP.
Tanpa memiliki uang yang cukup, PCIM Australia mulai mencari lahan dari tahun 2015 dan baru menemukan lahan yang cocok seluas 10 Hektare di Narre Warren pada 2017.
Tanah yang semula dijual seharga 2.200.000 Dollar Australia itu berhasil ditawar menjadi 1.800.000 Dollar.
Namun PCIM Australia tidak memiliki dana cukup.Setelah itu, PP Muhammadiyah melunasi semua pembayaran tanah.
PCIM Australia lalu mengurus dua perizinan yang sangat ketat dan rinci untuk bangunan sekolah dan untuk operasional sekolah ke pemerintah Australia.
Apa daya setelah izin diperoleh, ganjalan datang dari Council setempat yang enggan memberikan izin karena adanya penolakan dari masyarakat.
“Kita mau mendirikan di lokasi pertama itu penolakannya sangat keras sekali karena kita mau mendirikan institusi Islam, ada nama Islam, ada nama Muhammadiyah di situ. Kebetulan Council itu agak ke luar (dari kota),” kata Edwards.
Gagalnya pendirian Muhammadiyah Australia College di Narre Warren tak dipungkiri Edwards membuat PCIM Australia merasa malu kepada PP Muhammadiyah karena khawatir dianggap melalaikan kepercayaan.
Namun, tim inti pendirian Muhammadiyah Australia College yang berjumlah 7 orang itu tetap bekerja keras, hingga pada tahun 2020 menemukan sebuah bangunan utuh seharga 3,7 juta dollar Australia yang dijual di Melton, 91 Km dari Narre Warren.
“Akhirnya kita minta izin ke PP dan diizinkan membelinya,” syukur Edwards.
Dirinya juga menilai prospek Muhammadiyah Australia College di Melton lebih baik ketimbang di Narre Warren.
Selain karena masyarakat kota yang lebih toleran terhadap perbedaan, kaum muslim di Melton juga lebih banyak.
Masyarakat Melton sendiri kini juga telah jauh berbeda dengan keadaan lima tahun lalu.
“Melton ini unik. Kalau kita lihat lima tahun yang lalu, orang-orangnya masih kampungan, pemabuk, rasis, lima tahun lalu juga berdiri sekolah Islam di sini namanya Al-Iman dan menarik orang-orang Islam di sini. Banyak tantangan dan gangguan dari masyarakat, termasuk vandalisme,” ungkap Edwards.
(Natalia Bulan)