4. Dewi Sartika
Pahlawan nasional yang berjasa dalam mendirikan sekolah perempuan pertama di Indonesia adalah Raden Dewi Sartika.
Awalnya ia terdorong oleh situasi sosial budaya di sekitarnya.
Ia melihat bahwa ada penindasan terhadap kaum wanita di sekelilingnya.
Oleh karena itu, pada tahun 1902, ia kemudian secara mandiri menghadap dan meminta izin kepada Bupati Bandung Martanegara untuk mendirikan sekolah bagi remaja perempuan.
Gagasan tersebut secara mengejutkan diterima oleh Bupati. Bukan hanya itu, Bupati bahkan mempersilakan Dewi Sartika untuk menggunakan Pendopo Kabupaten Bandung.
Proses tersebut berjalan secara lancar hingga pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika mendirikan Sakola Kautamaan Istri.
Sekolah ini didirikan dengan tujuan untuk menegakkan hak pendidikan yang seimbang antara laki-laki dan wanita.
Pada 1966, Dewi Sartika ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
5. Kartini
Raden Ajeng Kartini merupakan tokoh yang menyuarakan emansipasi perempuan pada masa pemerintahan Belanda.
Menurutnya, pengetahuan dan pengajaran adalah hal penting bagi kaum perempuan.
Terlebih lagi, perempuan menjadi pusat dalam rumah tangga yang akan mendidik anak-anaknya, sehingga perlu memiliki wawasan luas.
Kartini menginisiasi sebuah tempat belajar untuk mendidik remaja putri di rumahnya. Selain diajarkan baca-tulis-hitung, mereka juga diberi berbagai keterampilan, seperti memasak dan menjahit.
Setelah menikah pada 1903, Kartini mendirikan sekolah di sisi timur gerbang kompleks kantor Bupati Rembang.
Namun, Kartini tidak lama menggeluti impiannya ini karena ia wafat di tahun 1904, beberapa hari setelah melahirkan anak pertama.
Pemerintah memberi gelar pahlawan nasional kepada RA Kartini pada 1964.
6. Rohana Kuddus
Ruhana Kuddus atau Rohana Kudus merupakan tokoh wartawan perempuan pertama Indonesia.
Melalui tulisan-tulisannya, ia menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak kaum perempuan.