Selama Fientje hidup, Brinkman termasuk sering mengunjungi rumah pelacuran Oemar.
Meskipun banyak perempuan yang siap melayaninya, namun Brinkman tetap memilih Fientje dan enggan tidur dengan yang lain.
Lambat laut, Oemar merasa Brinkman memiliki niat lain dengan ingin menjadikan Fientje sebagai perempuan simpanan.
Oemar menolak keinginan Brinkman tersebut dan terjadilah pembunuhan mengenaskan itu.
Mendengar pernyataan Oemar, polisi tak serta merta percaya. Namun, ada satu keterangan pendukung yang kemudian menegaskan bahwa Brinkman adalah dalang pembunuhan Fientje.
Ialah Rosna, rekan Fientje di rumah bordil Oemar. Rosna menyatakan bahwa Brinkman telah kehilangan akal sehatnya dan mencekik Fientje hingga tewas.
Brinkman lalu menyuap Sabaroedin, sang wedana di Weltevreden dengan nilai 3 ribu gulden.
Ia juga memberikan uang sogokan kepada Asisten Kepala Kejaksaan sebesar 2 ribu gulden.
Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya ia akan jatuh juga. Begitu bunyi pepatah yang cocok disematkan kepada Brinkman.
Usahanya untuk menyuap pihak-pihak terkait tak membuahkan hasil. Saksi yang memberikan keterangan justru semakin memojokkannya.
Akhirnya, ia divonis penjara dan diganjar hukuman mati. Sebelum tiba di hari eksekusi, Brinkman bunuh diri akibat depresi.
(Natalia Bulan)