Dengan adanya penelitian mengenai ‘microgravity’ ini, Alleyne merasa banyak hal yang dapat dimanfaatkan untuk bumi, mulai dari membangun teknologi yang berkelanjutan, mengenal dan memahami konstruksi tubuh manusia saat di luar angkasa, hingga mengetahui kebutuhan teknologi ke depannya yang dibutuhkan di luar angkasa. Selain itu, melihat kondisi bumi dari atas, juga mempelajari perubahan tekanan ekstrim antara peredaran panas-dingin, radiasi energi tingkat tinggi, dan lain sebagainya.
Penelitian luar angkasa juga membantu menyumbangkan informasi terkait kegiatan luar angkasa melalui edukasi masyarakat di seluruh dunia. Dengan demikian, Alleyne berharap semakin banyak generasi muda, tidak terkecuali perempuan Indonesia untuk menjadi ilmuwan dan semakin mempelajari luar angkasa.
Harapan Alleyne sejalan dengan program yang sedang dipersiapkan oleh NASA, yakni pada 2025, NASA akan kembali mengirimkan para astronotnya untuk kembali ke bulan. Misi ini dilakukan untuk mengetahui kelanjutan akan kebutuhan penelitian luar angkasa dan bumi ke depannya.
Setelah sebelumnya, pada 1992, ASberhasil mendaratkan para astronot mereka dan menancapkan bendera kebangsaannya di atas bulan.
Dengan misi Artemis ini, NASA akan mendaratkan perempuan pertama dan perempuan dengan warna kulit lainnya selain kulit putih di bulan, untuk mengeksplorasi permukaan bulan dengan teknologi terbaru dari sebelumnya. Hasilnya akan dijadikan modal penelitian untuk target yang lebih besar selanjutnya, yaitu mendaratkan manusia ke Mars.
Misi kali ini dibangun oleh AS dengan perusahaan swasta dan komunitas internasional. Selain untuk mengambil kesempatan dalam bidang ekonomi, misi ini diharapkan bisa menjadi inspirasi untuk generasi baru agar mau ikut ambil bagian mengeksplorasi luar angkasa.
Follow Berita Okezone di Google News
(sst)