TANJUNGPINANG - Seorang mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kafabihi menemukan mikroplastik di bagian pencernaan gonggong, hewan laut yang menjadi makanan khas masyarakat Kepulauan Riau.
"Saya melakukan penelitian terhadap gonggong selama empat bulan di perairan Pegudang, Sebong Pereh dan Sebong Lagoi. Hasilnya cukup mengejutkan karena ditemukan sampah mikroplastik di tubuh hewan laut yang kerap dikonsumsi masyarakat," kata Kafa, di Tanjungpinang.
Baca juga:Â Â LIPI Minta Peneliti Ahli Utama Cari Anggaran Eksternal untuk Riset
Kafa melakukan penelitian untuk kepentingan skripsi. Penelitian dilakukan di pasir sepanjang perairan di perairan Pegudang, Sebong Pereh dan Sebong Pereh, Lagii, Bintan.
Gonggong hidup di atas pasir. Gonggong yang merupakan ikon Kota Tanjungpinang menyerap organik yang berada di pasir.
Baca juga:Â Â Pakar: Vaksin Selamatkan 50 Juta Nyawa, Tapi Covid-19 Ancam Kemajuan Masa Depan
Kafa menduga pasir tempat gonggong berkembang biak tersebut sudah tercemar mikroplastik sehingga dikonsumsi oleh gonggong. Mikroplastik itu berasal dari sampah plastik yang mencemari perairan. Sampah plastik itu pun semakin malam semakin kecil hingga menjadi mikro.
Semua gonggong yang diteliti terkontaminasi mikroplastik. Lokasi Pegudang menjadi lokasi terparah dengan tingkat polutan pada gonggong sebesar 88%. Bahkan ada 22 partikel berbahaya di dalam setiap gonggong.
"Gonggong tidak mati ketika menyerap mikroplastik, melainkan bisa bertahan," ujarnya.
Follow Berita Okezone di Google News