Lina melanjutkan, bahwa senyawa asam oksalat ini dipanaskan hingga suhu 70°C lalu didinginkan dalam air es sekitar 24 jam.
“Hal ini bertujuan untuk membentuk kristal asam oksalat berupa kristal jarum berwarna putih,” terang mahasiswi kelahiran 1998 ini.
Terakhir, imbuh Lina, kristal asam oksalat ini melalui tahap pengujian titrasi dan uji titik leleh. Hasil analisa menunjukkan bahwa setiap 600 gram kertas HVS dapat menghasilkan 3,9 gram asam oksalat dengan titik leleh antara 100-110°C.
“Produk ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) di mana titik lelehnya ialah 101-102°C,” tandas Lina yakin.
Mengusung karya tulis bertajuk Utilization of HVS Paper Waste for The Manufacture of Oxalic Acid, lima mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri ITS di bawah bimbingan dosen Ir Agung Subyakto MS ini telah berhasil meraih medali perunggu dalam ajang International Invention Competition for Young Moslem Scientists (IICMYS) 2021 pada kategori Environment.
Lina berharap agar penelitian ini bisa menjadi terobosan dan inovasi baru dalam peningkatan nilai limbah kertas HVS dan meminimalisir pencemaran lingkungan akibat pengelolaan limbah yang tak ramah lingkungan.
“Harapannya produk asam oksalat ini dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri,” pungkasnya penuh harap. (din)
(Rani Hardjanti)