Kesulitan Makanan
Hari kedua di rumah sakit, Aji memberi kabar melalui chat kalau air minumnya hampir habis. Aji tidak tahu posisi galon. Saat itu di sekitarnya juga tidak ada perawat. Selain haus, Aji juga mengabari Rara kalau lapar. Tapi ia tak doyan makan, seleranya terbayang roti sobek.
Rara pun memesan makanan melalui aplikasi GoFood membeli roti dan minuman untuk Aji. Skenarionya ojol akan menitipkan minuman dan makanan ke satpam, kemudian oleh satpam dititipkan nakes untuk diberikan kepada Aji. Tapi rencana itu buyar.
Sebab, pagi itu satpam belum ada dan nakes yang ada sangat sibuk untuk dititipi makanan. Ojol juga tidak mau ambil risiko untuk masuk ke poli covid. Dua kali Rara mencoba skenario tersebut. Pertama gagal, yang kedua nyaris gagal.
"Akhirnya saya minta ojol itu untuk pergi saja, makanan yang saya pesan saya berikan untuk ojol tersebut. Saya dan teman-teman bingung, gimana caranya mengantar makanan dan minuman untuk Aji," katanya.
Kata Aji, ujar Rara, nyaris tak ada naskes saat itu. Mereka seperti hilang karena bertumbangan. Membaca pesan Aji, Rara mulai panik. Betapa susahnya mengirim makanan dan minuman kepada pasien dalam situasi genting seperti itu.
Di RS, kata Rara, sebenarnya ada air, tetapi tidak semua pasien terkontrol dapat air minum. Jadi pasien memang harus ada yang menunggui dengan risiko terpapar Covid-19. Sementara nakes karena jumlahnya terbatas, hanya mengurus hal-hal yang sangat penting, seperti oksigen, air dan selang infus.