Selama 14 hari masa pelatihan, Hammam mengungkapkan durasi rata-rata Erasty untuk mengidentifikasi objek adalah 410,1 milidetik. Lebih lanjut, tingkat akurasi tertinggi yang dapat dicapai dalam identifikasi objek Erasty adalah 90,87 persen, sedangkan waktu penangkapan gas tercepat diperoleh dalam durasi satu detik dengan jarak sumber gas 10 sentimeter.
Hammam mengklaim keunggulan utama inovasi drone yang diciptakan timnya ini adalah tingkat akurasi AI yang tinggi serta fleksibilitas drone dalam melakukan pengawasan. “Drone dapat melakukan pengawasan pada area yang sulit terjangkau oleh alat pengawas konvensional seperti CCTV,” tambahnya.
Inovasi tim bimbingan Dr Adithya Sudiarno ST MT ini pun akhirnya berhasil meraih medali emas pada ajang Asean Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2021 yang diselenggarakan Indonesian Young Scientist Association (IYSA) pada 23 Februari lalu. Pada kompetisi ini, mereka menjadi salah satu yang terbaik dari 70 paper internasional lainnya di kategori Innovative Science.
Ketika ditanya mengenai rencana pengembangan inovasi tersebut, Hammam mengatakan ia berencana untuk mengadaptasi teknologi Erasty pada robot. Tugas dari robot tersebut adalah sebagai pemandu pada lingkungan kerja.
“Kami memanfaatkan inovasi yang ada pada Erasty serta menambahkan beberapa fitur baru,” imbuhnya.
Di masa depan, Hammam berharap drone akan menjadi teknologi yang dapat digunakan secara massal. Menurutnya, dengan teknologi Internet of Things (IoT) dan revolusi industri 4.0, drone memiliki banyak kelebihan dalam implementasinya. “Itu juga diperkuat dengan pesatnya perkembangan drone saat ini,” pungkasnya.
(Vitrianda Hilba Siregar)