JAKARTA - Sudahkah kamu membaca novel Frankenstein? Novel gothik karya penulis Mary Shelley ini bisa membuat siapapun terkejut dengan ceritanya ketika membaca pertama kali.
Sang penulis, Mary Shelley, baru menginjak usia remaja ketika dia menulis draf pertama ceritanya tentang seorang dokter yang menciptakan monster yang terbuat dari bagian mayat. Meski begitu, Mary Shelley sangat mengenal ilmu kedokteran pada masanya.
Baca Juga: Sinopsis Film Victor Frankenstein, Ilmuwan Gila si Pencipta Monster
Dua tahun sebelum Mary Shelley lahir, ibunya sang filsuf Mary Wollstonecraft, melemparkan dirinya sendiri dari sebuah jembatan di atas Sungai Thames di London. Dia menjadi sangat tertekan dan telah menulis dalam surat tidak lama sebelum usahanya bahwa dia berharap dia tidak akan 'dicabut dari kematian'.
Mary Wollstonecraft ternyata ditakdirkan untuk bergabung dengan barisan orang-orang yang diselamatkan karena tenggelam. Sekelompok tukang perahu menarik tubuhnya yang tak sadarkan diri keluar dari air dan berupaya menyadarkannya.
"Saya hanya perlu menyesali bahwa ketika kepahitan kematian telah lewat, saya secara tidak manusiawi dihidupkan kembali dan hidup menderita," tulisnya usai berhasil diselamatkan.
Dua tahun kemudian ia meninggal dunia sekitar 10 hari setelah melahirkan Mary Shelley. Resusitasi dan keputusannya untuk diselamatkan bergema melalui Frankenstein, di mana tragedi terburu-buru untuk membuat keluar dari kematian.
Baca Juga: Novel 'Ibu, Doa Yang Hilang' Bakal Diangkat ke Layar Lebar
Melansir Britannica, Jakarta, Jumat (1/11/2019), pengaruh ilmiah besar kedua yang didapat Mary Shelley berasal dari bidang elektrofisiologi yang muncul. Dimulai dari ilmuwan Italia Luigi Galvani yang menemukan bahwa dengan melewatkan arus listrik dari badai penerangan atau mesin listrik melalui saraf katak mati, kaki katak dapat dibuat untuk menendang dan bergerak-gerak.
Beberapa tahun kemudian, keponakan Galvani yang merupakan fisikawan Giovanni Aldini, menggabungkan penemuan pamannya dengan penemuan Alessandro Volta (penemu baterai listrik pertama) untuk melakukan serangkaian eksperimen dan demonstrasi dramatis di seluruh Eropa. Ia menggunakan arus listrik untuk merangsang gerakan di dalam tubuh hewan yang dipotong-potong.