JAKARTA - Sampah plastik menjadi isu yang hangat belakangan ini. Tidak hanya menghasilkan sampah plastik, Indonesia sekaligus menjadi negara tujuan ekspor plastik dari negara lain.
Jauh dari ingar bingar sampah plastik di Ibu Kota, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan alat yang mampu mengubah limbah anorganik seperti sampah plastik menjadi bahan bakar berupa bio oil dan biogas.
Baca Juga: 4 Mobil Listrik UGM, 2 di Antaranya Menang di Ajang Internasional
Alat tersebut berupa furnace atau pemanas yang dinamai AL-Production yang dibuat oleh Yanditya Affan Almada dari D3 Teknik Mesin Sekolah Vokasi. Dalam pengembangannya Affan dibantu oleh Refandy Dwi Darmawan dari Fakultas Kehutanan.
“Kami mengembangkan teknologi yang mampu mengubah sampah anorganik seperti plastik menjadi bahan bakar melalui proses pirolisis,” jelas Affan, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (3/8/2019).
Affan menggunakan mekanisme pirolisis yaitu proses memanaskan plastik tanpa oksigen dalam temperatur tertentu serta teknik destilasi. Sementara peralatan yang dikembangkan berupa pipa yang terhubung dengan tabung kedap udara bertekanan tinggi berbahan stainless steel. Sementara untuk sumber energi yang berfungsi sebagai pemanas menggunakan aliran listrik.
“Awalnya kami kembangkan dengan menggunakan sumber energi api, tapi hasilnya kurang bagus karena suhu yang dihasilkan tidak bisa dikontrol. Lalu kita ubah dengan energi listrik dan hasilnya lebih optimal,” papar pria asal Dusun Beran, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini.
Baca Juga: Menristekdikti Luncurkan Mobil Listrik Garuda UNY
Cara kerja alat dimulai dengan memasukan sampah plastik ke dalam tabung vakum. Berikutnya tabung dipanaskan hingga mencapai 450-550 derajat Celcius. Tiga puluh menit kemudian keluar tetes-tetesan minyak dari pipa setelah melewati jalur pendinginan.
Affan menjelaskan, dia mulai mengembangkan alat ini sejak duduk di bangku SMA, tepatnya tahun 2015 silam. Saat itu dia mengikuti lomba karya tulis ilmiah tentang penelitian pirolisis. Lomba itu menjadi awal ketertarikannya mengeksplorasi lebih dalam terkait proses mengkonversi sampah menjadi bahan bakar.
“Lalu saya mulai ikut lomba dan sempat dapat juara harapan di tingkat kabupaten. Dari situ saya mulai mencoba membuat alatnya,” tutur alumni SMA 1 Jetis Bantul ini.
Follow Berita Okezone di Google News