NEW YORK – Masa depan seseorang salah satunya ditentukan oleh tempat dia belajar dan jurusan apa yang dipilih. Ternyata hal itu pun berlaku bagi para CEO ataupun miliarder meskipun banyak juga di antara mereka juga memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda dengan bidang bisnis yang didirikan dan ditekuni. Pilihan kampus dan jurusan akan menentukan mereka dalam mendirikan bisnis, bahkan juga menginspirasi mereka memimpin perusahaan agar semakin tumbuh besar. Karena itu bagi anak muda yang baru lulus, sekolah menengah atas, memilih kampus dan jurusan menjadi hal penting dalam fase kehidupan mereka. Banyak pula CEO dan miliarder yang belajar jurusan komputer dan mereka sukses dalam kariernya. Lihatlah Satya Nadella, CEO Microsoft yang pernah kuliah teknik listrik dan pergi ke AS untuk kuliah ilmu komputer di Universitas Wisconsin Milwaukee, ternyata dia meraih kesuksesan.
Baca Juga: Pusat Studi Asia Cari Partner Kerjasama di Indonesia
“Saat meraih gelar sarjana listrik, saya ingin membangun segala sesuatu,” kata Nadella. Namun dia menemukan hal lain ketika belajar ilmu komputer di AS. Larry Page, CEO Aplhabet (induk perusahaan Google), merupakan contoh orang yang sukses di jurusan dan karier yang sesuai. Dia menempuh kuliah teknik komputer di Universitas Michigan dan melanjutkan master ilmu komputer di Universitas Standaford. Dulu profesornya pernah meragukan kemampuan Page dalam proyek berkaitan dengan komputer, tetapi Page mampu menyelesaikannya dan mendapatkan nilai A+.
Kemudian Jeff Bezos, CEO Amazon, pernah belajar teknik listrik dan ilmu komputer di Universitas Princeton. Ketertarikannya mendirikan Blue Origin, perusahaan antariksa, ternyata didorong oleh pengalamannya pernah memimpin per kumpulan mahasiswa pencinta antariksa di Princeton. Se lanjutnya Dion Weisler, CEO Hewlett-Packard, meraih sukses di bidang kerjanya karena dia belajar komputer di Universitas Monash di Australia. Dia meraih gelar doktor honoris causa dari almamaternya. Kampus dan jurusan ternyata juga membangun imajinasi orang yang belajar di sana. Seperti dialami Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX yang pernah kuliah jurusan fisika di Universitas Pennsylvania. Itu menginspirasi misinya untuk mengirim manusia ke Mars.
Cerita uniknya saat kuliah di kampus, dia pernah menyewa 12 kamar asrama dan mengubahnya menjadi klub malam serta menerima 500 tamu setiap malam. Dia pernah kuliah PhD di Stanford, tetapi mundur dua hari karena dia memilih menjadi pengusaha di tengah berkembangnya internet. Sementara itu banyak juga CEO dan miliarder yang drop out dari kampus di mana dia belajar. James Park, CEO Fitbit. merupakan salah satunya. Dia tidak lulus dari Universitas Harvard jurusan ilmu komputer karena fokus mendirikan bisnis di bidang perangkat teknologi nirkabel. Dia merintis Fitbit pada 2007.
Kemudian kegagalan kuliah sarjana juga tidak menyu rut kan seseorang untuk meraih cita-citanya. Evan Spiegel, CEO Snapchat, keluar dari jurusan desain produk Universitas Standford, padahal dia hanya kurang tiga kelas lagi yang harus diikutinya. Dia tetap memfokuskan energinya untuk Snapchat. Kesuksesan perusahaannya bisa membayar pengorbanan yang dilakukan Spiegel. Kisah paling populer CEO yang dropout dari kampus adalah Mark Zuckerberg, CEO Facebook. Dia keluar dari jurusan ilmu komputer dan psikologi dari Universitas Harvard. Dia memilih untuk pindah ke Palo Alto dan bekerja untuk Facebook secara penuh.