JAKARTA - Bisa menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi tentu menjadi impian banyak orang. Namun tak jarang harapan tak sesuai dengan realita kehidupan yang tengah dijalani. Keterbatasan waktu, biaya dan usia menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir memberikan mandat kepada Universitas Terbuka (UT) untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi nasional. Hal itu ditanggapi serius oleh Rektor UT Ojat Darojat.
Ojat mengatakan, pihaknya menyiapkan beberapa langkah salah satunya dengan melakukan pendekatan dengan perguruan tinggi lain dengan bekerja sama untuk memperoleh data jumlah mahasiswa yang drop out (DO) di setiap perguruan tinggi. Nantinya, para mahasiswa yang telah DO atau terancam DO akan beri kesempatan menyelesaikan pendidikan di kampus yang dipimpinnya.
“UT membuka pintu selebar-lebarnya kepada mereka yang mau melanjutkan program studinya dan mendapatkan gelar sarjana. Nanti jumlah SKS-nya di kampus yang lama akan dimasukkan, jadi mereka tinggal melanjutkan saja asalkan program studinya linear. Kalau tidak linear maka jumlah SKS yang dihitung hanya mata kuliah yang umum saja,” kata Ojat dalam siaran persnya.
Ia menilai ada beberapa faktor penyebab mahasiswa DO, salah satunya usia dan waktu. Seperti diketahui, kuliah dengan sistem konvensional memang dibebani jumlah SKS dan jadwal kuliah yang padat. Hal ini tentu menjadi kendala bagi mereka yang kuliah sambil bekerja. Tak dapat dipungkiri, banyak mahasiswa yang memilih kuliah sambil bekerja untuk bisa membayar biaya kuliah dan kebutuhan hidup lainnya. Sedangkan pendidikan di UT menawarkan sistem jarak jauh sehingga menawarkan kesempatan belajar yang lebih santai dan ringan.