Dayat memaparkan, pendirian Unpam diinisiasi pemikiran rekan sejawatnya, Darsono. Awalnya, mereka mendirikan SMEA Sasmita Jaya di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan. Keduanya lantas gelisah lantaran banyak anak putus sekolah usai menamatkan jenjang pendidikan menengah atas lantaran mahalnya biaya kuliah. Lantas, dirumuskanlah pendidikan murah tanpa mengesampingkan kualitas ala Unpam.
Dengan berbekal Rp200 ribu per bulan, mahasiswa Unpam sudah bisa mencicipi pendidikan tinggi di kampus dengan fasilitas baik. Gedung perkuliahan Unpam sendiri tidak kalah mentereng dengan kampus swasta lainnya. Berdiri megah di lokasi strategis di Pamulang, kampus yang berdiri sejak 2000 itu kini menampung sekira 58 ribu mahasiswa dari penjuru Nusantara.
Dayat sendiri percaya, semua orang punya kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan, terlepas dari latar belakang mereka. Karena itulah, dia membuka pintu Unpam selebar-lebarnya untuk calon mahasiswa dari penjuru Indonesia melalui uang kuliah super murah tersebut.
"Kami ingin memberikan pendidikan yang seluas-luasnya bagi masyarakat. Karena kalau anak itu pintar, maka mereka bisa hidup dengan baik. Tapi kalau dia bodoh, mau hidup di gunung emas sekalipun pasti akan mati. Jadi fokus kami bukan akan di mana anak itu bekerja, tapi kami berikan ilmu supaya mereka pintar," tandasnya.
Dalam perbincangan dengan Okezone, Dayat bercerita banyak hal tentang perjalanan Unpam sebagai kampus murah nan merakyat, termasuk perjuangan mereka dalam persaingan antarperguruan tinggi swasta di Tanah Air. Simak cerita lengkapnya dalam seri Wawancara Khusus dengan Rektor Universitas Pamulang Dr. H. Dayat Hidayat, M.M. di Kampus Okezone. (bersambung)
(Rifa Nadia Nurfuadah)