YOGYAKARTA - Prestasi membanggakan diraih tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Mewakili kampus, ketiganya meraih penghargaan terbaik pada kategori Social Venture Challenge (SVC) Resolution Project di ajang Internasional 24th Harvard World Model United Nation (WMUN) 2015.
Ketiganya adalah Ahmad Jawwad dari mahasiswa Hubungan Internasional 2011, Asep Suryana jurusan HI 2012, dan Andi Amitya Resti Dwiyanti, mahasiswa Magister Politik dan Hubungan Internasional 2013. Mereka mengikuti gelaran tahunan yang dihelat oleh Harvard University sebagai wadah mempertemukan delegasi mahasiswa dari seluruh universitas di dunia. Acara itu digelar di Korea International Exhibition Center (INTEX), Seoul, Korea Selatan pada 16 hingga 20 Maret 2015 lalu.
Terdapat dua kategori perlombaan, yakni Social Venture Challenge (SCV) Resolution Project, dan Simulasi Sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Ketiga mahasiswa UMY itu meraih penghargaan pertama terbaik ada kategori SVC Resolution Project, disusul Djarum Foundation, dan Universitas Indonesia (UI) pada kategori Simulasi Sidang PBB.
Social Venture Challenge sendiri merupakan kategori kompetisi di mana para pemuda atau mahasiswa dari seluruh dunia harus menyampaikan proyek-proyek sosial di negaranya masing-masing. Proyek sosial yang diajukan Ahmad Jawwad, selaku Ketua Tim Delegasi Mahasiswa UMY beserta dua rekannya adalah CancerCARE. Ini merupakan proyek kepedulian sosial. Dalam proyek itu mereka memberi pemahaman dan menyadarkan masyarakat umum untuk lebih peduli pada penderita kanker, khususnya anak-anak.
"Karena kalau kita perhatikan, anak-anak penderita kanker itu tingkat sosialnya rendah dan minder. Untuk itulah kami mengajukan proyek CancerCARE," ujar Jawwad dalam keterangan tertulis yang diterima Okezone, Rabu (15/4/2015).
Jawwad mengaku kaget karena timnya dinyatakan berhasil meraih penghargaan sebagai delegasi terbaik. Sebab, untuk bisa mengikuti ajang tersebut tidak mudah karena harus melewati beberapa tes seleksi. Setelah dinyatakan maju ke babak semi final dan final, mereka diharuskan melakukan presentasi di hadapan juri serta delegasi dari universitas-universitas di dunia yang ikut pada ajang tersebut.
"Tidak mudah untuk bisa sampai ke sana. Selain karena adanya tantangan dengan berbagai seleksi itu, kami juga terhambat masalah dana. Tapi syukur, Alhamdulillah kami bisa berangkat dan bisa meraih prestasi membanggakan," katanya.
Dia menyebut prestansi yang diraih merupakan bentuk kontribusi kepada UMY, karena telah berhasil membawa nama baik UMY di tingkat internasional.
Senada dikatakan Asep Suryana, yang mengaku pesaing terberat selama mengikuti perlombaan datang dari para mahasiswa yang merupakan penutur asli Bahasa Inggris (native speaker). Meski demikian, justru mereka bertiga dalam satu tim ini dinyatakan terbaik oleh juri. Untuk itu, Asep mengingatkan agar mahasiswa Indonesia tidak perlu merasa minder atau kurang percaya diri dengan kemampuan bahasa Inggris yang dimilikinya.
"Selama kita bisa bicara dengan jelas, orang-orang akan mengerti. Buktinya, kita (Indonesia) yang notabene masih terbata-bata menggunakan bahasa Inggris, karena bahasa asing, tapi ternyata mampu menguasai persidangan dengan baik," katanya.
(Rifa Nadia Nurfuadah)