CALIFORNIA - Stanford University menyelidiki dugaan mencontek massal yang dilakukan mahasiswa mereka dalam beberapa waktu ini. Dugaan tersebut pun menimbulkan kewaspadaan tersendiri di kalangan dosen dan staf kampus elite tersebut.
Penyelidik provos Stanford University, John Etchemendy mengirimkan surat kepada para dosen yang menggarisbawahi kemungkinan tuduhan mengganggu tentang mahasiswa yang mencontek di berbagai kuliah selama semester lalu. Etchemendy menyatakan, para mahasiswa yang terbukti curang akan mendapatkan konsekuensi.
Menurut Etchemendy, semua mahasiswa baru diberitahukan tentang kode etik universitas dan setuju menerapkannya. "Tetapi dengan perkembangan teknologi dan kebiasaan berbagi sebagai bagian budaya kolaboratif, maka para mahasiswa harus diingatkan bahwa mereka tidak jujur ketika mencocokkan pekerjaan mereka dengan tugas mahasiswa lain," kata Etchemendy, seperti dikutip dari Huffington Post, Selasa (31/3/2015).
Juru bicara universitas, Lisa Lapin menolak membicarakan detail kasus ini dengan media massa setempat, seperti mata kuliah apa atau mahasiswa tingkat berapa yang terlibat dalam tuduhan tersebut. Tetapi, Lapin menegaskan, kekhawatiran ini adalah hal yang rutin terjadi.
"Sepanjang tahun akademis 2013-2014, 83 mahasiswa melanggar kode etik universitas," tutur Lapin.
Menurut Lapin, catatan dari Etchemendy menekankan pentingnya staf pengajar untuk memperjelas ekspektasi kampus terhadap mereka. Hal tersebut termasuk kebanggaan sebagai salah satu perguruan tinggi unggulan dalam pengajaran dan riset di dunia.
Sebuah surat kabar San Jose Mercury New melaporkan, satu pengajar menyebut bahwa 20 persen mahasiswa dalam sebuah kelas perkenalan mungkin sudah menyontek. Pihak kampus sendiri memberi kesempatan para mahasiswa yang dituduh menyontek untuk membela diri mereka.
Biasanya, pelanggar pertama diskors selama seperempat semester dan harus menjalani 40 jam pelayanan masyarakat. Sanksi lebih berat diberikan kepada pelanggar kode etik yang juga lebih besar.
"Kami memiliki banyak mata kuliah dan mahasiswa. Jadi, tidak aneh ketika kami meningkatkan kewaspadaan setiap semester," tutur Lapin.
(rfa)