Sementara ilmuwan dari University of Queensland, Risti Permani menyampaikan jika pertanian di Australia memberi kontribusi sebesar 14% dari emisi nasional di Australia. Sementara itu menurut Risti, sebanyak 51% konsumen Australia menilai isu keberlanjutan merupakan faktor penting ketika mempertimbangan untuk membeli suatu produk. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan aspek produksi pangan berkelanjutan ketika ingin memasarkan produk pangannya di Australia.
Ilmuwan dari IPB yang juga presiden AACIM (Asian Association for Consumer Interests and Marketing), Ujang Sumarwan menyatakan arah perubahan perilaku konsumen Indonesia hampir sama dengan di negara-negara lain. Menurut Ujang, saat ini konsumen Indonesia mulai sadar lingkungan, sehingga permintaan terhadap produk organik semakin meningkat. Selain itu, tambah Ujang, konsumen Indonesia juga semakin membutuhkan kepastian atas kehalalan produk makanan. Sehingga sangat penting bagi pemasar, khususnya pemasar bidang pangan, untuk melakukan sertifikasi halal jika ingin memasarkan produk pangannya di Indonesia.
Acara Strategic Talk#7 yang digelar kantor Atdikbud KBRI Canberra dihadiri oleh lebih dari 150 peserta yang berasal dari Indonesia dan Australia. Para peserta juga memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari mahasiswa, dosen, peneliti, maupun pelaku industri pangan dan lembaga swadaya masyarakat. Para peserta banyak menanyakan peran teknologi seperti 3D printer dan Artificial Intelligent dalam pemasaran produk pangan di masa depan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)