JAKARTA - Stroke merupakan penyakit pada pembuluh darah otak yang menjadi penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia. Dalam penanganan stroke, trombolisis merupakan metode yang diterapkan untuk memecah gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di dalam otak.
Dalam upaya mempersingkat waktu penanganan stroke, Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) yang juga merupakan mahasiswa Program Doktor FKUI dr. Reyhan Eddy Yunus, mengembangkan model kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) untuk memprediksi kebermanfaatan terapi trombolisis pada pasien stroke.
“Penelitian ini merupakan yang pertama di Indonesia, yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menentukan terapi pada pasien stroke sumbatan hiperakut dengan menggunakan data lokal. Hasil penelitian yang ditemukan membuka peluang baru dalam penanganan stroke dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien serta mengurangi beban sistem kesehatan nasional,” ujar dr. Reyhan.
Berdasarkan proses terjadinya, stroke dibedakan menjadi dua, yakni stroke perdarahan dan stroke non-perdarahan atau sumbatan. Stroke sumbatan hiperakut terjadi ketika aliran darah menuju jaringan otak terganggu karena adanya sumbatan dalam kurun waktu enam jam dari awitan stroke.
Waktu awitan ini perlu diketahui agar dapat ditentukan apakah terapi trombolisis intravena atau trombektomi mekanik dapat dilakukan. Melalui disertasi berjudul “Pengembangan Model Kecerdasan Buatan Pembelajaran Mesin untuk Prediksi Keberhasilan Terapi Trombolisis Intravena pada Stroke Iskemik Hiperakut Sirkulasi Anterior dengan Menggunakan CT scan Otak, Data Klinis, dan Laboratorium Darah”, dr. Reyhan melibatkan 145 sampel untuk pengembangan algoritma pembelajaran mesin.