SEKAPUR SIRIH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan cerita pendek ini. Menyiapkannya memerlukan banyak usaha dan waktu yang harus penulis keluarkan.
Sebagai manusia biasa, pastinya penulis memiliki kesalahan yang ada di cerita ini, baik di penulisan maupun di ide cerita.
Terima kasih kepada orangtua dan teman-teman telah membantu penulis untuk menulis cerita pendek ini dengan cara memberikan penulis ide-idenya.
Maret 2023, Tangerang Selatan
Penulis
BACA JUGA:
PROLOG
Namaku Danadyaksa Laksita atau biasa dipanggil Danu. Aku adalah seorang remaja introvert yang berusia 15 tahun. Aku mempunyai imajinasi yang luas di usiaku yang masih muda. Walaupun aku seorang introvert, aku mempunyai satu teman yang bernama Janardana Kastara atau biasa dipanggil Naka. Kita berdua percaya dengan alien dunia dan paralel dan teori konspirasi lainnya, dan hal-hal lain yang sulit dimengerti oleh manusia pada umumnya. Karena hal itu, kita dirundung oleh teman sebaya kita.. Meskipun kita dirundung, kita tidak takut dan tetap berpegang teguh apa yang kita percayai.
Rumah Tua
“Usang, namun berharga”
Jam dinding kamarku menunjukan pukul 10:45, kepalaku seperti terdapat 1000 orang di dalamnya dan berbicara di saat yang bersamaan. Malam itu aku sudah mencoba tidur untuk berkali-kali, hasilnya nihil. Aku sama sekali tidak mengantuk, maka dari itu aku memutuskan untuk membuka jendela kamarku. Aku menatap keluar jendela dalam-dalam dan merenung. Dalam 10 menit aku sudah tenggelam dalam renunganku, tiba-tiba aku melihat cahaya senter dari kamar Naka. Iya kita berdua adalah tetangga, mungkin itu pun menjadi salah satu alasan mengapa Naka menjadi temanku. Kita berdua memiliki cara berkomunikasi yang mungkin yang bisa dibilang unik, kita menggunakan senter untuk alat berkomunikasi. Setelah mendapat kode dari Naka aku pun mengambil senterku untuk membalas komunikasi Naka. Aku melihat Naka juga membuka jendela kamarnya.
“Dan keluar yuk,” ajak Naka.
“Wait aku siap-siap dulu,” jawabku.
Tidak sampai 15 menit aku sudah turun ke bawah untuk menemui Naka karena kita akan jalan-jalan keliling komplek. Kita lumayan sering mengelilingi komplek bersama karena kita berdua mengalami masalah yang sama, yaitu susah tidur. Lumayan banyak hal yang kita bahas saat mengelilingi komplek. Mulai dari masalah hidup sampai konspirasi yang kita buat dari imajinasi kita sendiri. Aku lumayan yakin bahwa salah satu konspirasi yang kita buat itu nyata, walaupun hanya satu.
Jika aku dan Naka tidak bisa tidur kita akan sekedar berjalan-jalan di komplek ataupun pergi ke rumah kosong yang sudah kita kunjungi berkali-kali dan kita berdua tetapkan sebagai “Basecamp” kita berdua. Rumah tersebut memang sudah tidak ada penghuninya lebih dari 20 tahun, entah karena orang-orang malas untuk merenovasi rumah tersebut dan memilih untuk membeli rumah yang sudah jadi dan bagus ataupun karena mereka takut untuk membeli rumah ini karena terdapat rumor yang sudah tersebar luas bahwa rumah ini sudah ditempati oleh makhluk-makhluk misterius. Aku dan Naka memiliki banyak persediaan makanan di rumah itu,
jadi malam itu aku dan Naka akan bersantai di sana sembari memakan persediaan snack. Tiba – tiba Naka berkata kepadaku bahwa Ia akan pergi keluar sebentar untuk mencari snack di warung yang masih buka, Naka adalah tipe orang yang jika Ia ingin sesuatu Naka akan langsung melakukan cara apapun agar mendapatkan yang Ia mau. Sembari menunggu Naka aku akan berduduk santai dan membayangkan betapa konyolnya aku dan Naka saat menemukan rumah tua ini.
Komplek kita termasuk komplek yang sudah lumayan tua. Otomatis bangunan-bangunannya sudah usang dan desain rumahnya sangat terlihat seperti bangunan tua, walaupun beberapa rumah sudah di renovasi agar mengikuti desain rumah di jaman ini. letaknya hanya beberapa blok dari rumah kita berdua. Awalnya kita berdua menemukan rumah tersebut saat aku dan Naka sedang bermain dengan teman sekomplek namun tiba tiba ada seekor anjing yang lepas kendali dari pemiliknya. Karena kita berdua takut kepada anjing maka dari itu kita lari. Mungkin karena aku dan Naka lari, anjing tersebut mengira bahwa kita mengajak anjing tersebut main dan berakhir anjing tersebut tetap mengejar kita berdua.
Aku dan Naka berlari sekuat tenaga untuk kabur dari anjing yang mengejar kita. Kita berlari hingga kita merasa bahwa anjing tersebut sudah tidak mengejar kita dan tidak terlihat dari pandangan aku dan Naka, kita memakai kesempatan itu untuk istirahat karena kita berdua sangatlah lelah. Kita berdua duduk di aspal dengan nafas yang terengah-engah dan tertawa kecil karena aku dan Naka melihat satu sama lain seperti orang konyol yang lari seperti lomba marathon yang hanya dikarenakan oleh seekor anjing.
“Naka, sendal gue copot HAHAHAHA,” ujarku dengan tertawa.
Naka tertawa terbahak-bahak seperti tidak bisa mengontrol diri sendiri. Sekitar 5 menitan kita beristirahat tiba tiba anjing yang tadi mengejar kita muncul lagi jauh di depan kita, walaupun jauh aku tetap bisa melihatnya karena warna anjingnya berwarna hitam pekat jadi masih bisa terlihat dari jauh walaupun samar – samar.
“Naka…… anjingnya ada di depan situ Naka….” Ucapku kepada Naka, walaupun suaraku pelan tetapi Naka pasti tahu bahwa aku sudah takut setengah mati.
Kita berdua sangat kebingungan karena kita berdua di pojok dan anjing tersebut sudah di depan kita. Karena kita berdua sudah sangat panik dan tidak bisa berpikir panjang jadi kita berdua masuk ke dalam rumah dan hanya bisa berharap kalau rumah tersebut tidak ada penghuninya.
Saat kita masuk ke dalam, awalnya kita merasa sedikit takut karena rumahnya sudah sangat usang dan tidak terawat sama sekali, tetapi di waktu yang bersamaan kita merasa bersyukur karena rumah yang kita terobos masuk tidak berpenghuni sama sekali dan bahkan sudah kosong bertahun tahun. Kita melihat dalam rumah tersebut, masih ada beberapa perabotan rumah seperti lemari dan kaca yang masih terlihat baru, namun ada juga beberapa barang yang sudah sangat tidak layak pakai. Dari situ kita memutuskan untuk merapihkan lantai satu dari rumah tersebut dan menata agar nyaman. Tidak lupa kita menaruh perabotan yang tadi kita temukan seperti lemari dan kaca yang masih layak untuk dipakai.
“DOR!!” teriak Naka sambil menepuk pundakku untuk membangunkanku dari lamunanku.
“Dih apa apaan ngagetin aja” ucapku sembari tertawa kecil kepada Naka dan melihat tangan Naka yang sedang membawa sesuatu.
“Nih buat Danu” Naka menyodorkan satu kantong snack yang Ia beli tadi
Aku mengambil snack dari Naka lalu duduk di sofa rumah tua itu. Kita berdua menikmati snack yang dibeli Naka dan membicarakan hal yang ingin kita bicarakan.
Siluet Hitam
“Kebenaran akan terungkap”
Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 23:45 dan kita memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, aku tidak terlalu kaget jika orang tuaku belum tidur karena orangtuaku adalah tipe orang yang tidur larut malam untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Aku langsung menuju ke kamarku yang berada di lantai atas dan membersihkan diriku. Aku tidak makan malam dan memutuskan untuk langsung tidur karena sudah kenyang memakan snack bersama Naka tadi.
Keesokan harinya, mama membangunkanku untuk pergi ke sekolah. Aku langsung merapikan tempat tidurku dan bergegas untuk mandi karena waktu sudah menunjukan pukul 6:30. Aku memakan sarapanku dengan orang tuaku di meja makan dengan cepat dan langsung pergi ke rumah Naka.
“Nakaaaa,” teriakku sambil mengetuk pintu rumah Naka.
“Bentaaar, lagi turun tanggaa,” teriak Naka terdengar dari dalam rumah.
Tidak sampai 5 menit pintu rumah Naka terbuka, dan Naka muncul dari balik pintu rumahnya.
“Yuk langsung ke sekolah aja, udah sarapan kan?” tanyaku kepada Naka.
“Udah sih, tapi mau jajan dulu ke cilok Mang Abin,” jawab Naka.
Walaupun jarak rumah kita dan sekolah lumayan jauh, tapi kita memutuskan untuk berjalan kaki saja dan tidak merepotkan orangtua yang harus mengantarkan kita setiap pagi. Mungkin karena kita juga sudah terbiasa untuk berjalan kaki dengan jarak jauh.
Sesampainya di sekolah kita membeli cilok Mang Abin terlebih dahulu. Aku dan Naka sudah sering sekali untuk membeli jajanan di Mang Abin. Mang Abin sudah berjualan sejak kita masih kelas 5 SD dan sekarang kita sudah hampir mau lulus dari SMP. Selain cilok, Mang Abin juga berjualan berbagai macam es, mulai dari es teh manis, es buah, es sirup dan masih banyak lagi. Maka dari itu pada waktu makan siang, Mang Abin menjadi banyak pembeli karena hawa pada makan siang kebanyakan selalu panas, walaupun terkadang juga hujan.
“KRRINGGG,” bel berbunyi tepat pukul 7:30, siswa dan siswi mulai menuju ke kelas masing-masing.
Kelas aku dan Naka berada di lantai 3, jadi kita akan menaiki tangga hingga kita berada di lantai 3. Mata pelajaran pertama hari ini adalah Matematika. Aku dan Naka sangat malas untuk mengikuti pelajaran hari ini.
“Ah apasih ini Pak Tarno ngejelasinnya sambil main Handphone mana kita bisa ngerti apa yang diomongin ya,” protes Naka.
“Udah hush biarin aja palingan bentar lagi Pak Tarno suruh kita buat rangkum bab 4,” jawabku.
Dan benar saja, setelah Pak Tarno menjelaskan materi, kita semua disuruh untuk merangkum bab 4 dan mengerjakannya di loose leaf. Kita mengeluarkan buku paket kita dan mulai merangkum materi tersebut.
Tidak terasa bel berbunyi dan bertanda bahwa mata pelajaran pertama sudah usai. Semua siswa dan siswi berhamburan untuk menuju kelas pelajaran kedua.
“Eh kita pelajaran kedua apa deh?” tanyaku.
“IPA Dan,” Jawab Naka.
“Wah gila double kill, abis MTK langsung IPA,” ucapku.
Kita berdua langsung menuju ruang IPA yaitu ruang 9, sesampainya di ruang 9 aku dan Naka memilih tempat duduk paling belakang di pojok kanan, itu adalah tempat andalan kita berdua.
Tidak terasa 30 menit pelajaran berlalu, tapi tiba tiba cahaya yang sangat terang muncul dari permukaan langit dan terlihat banyak siluet hitam diantara cahaya terang itu. Aku melihat sekeliling, orang-orang diam dengan tatapan kosong menghadap ke depan, termasuk Gama. Hal itu terjadi selama sekitar 3 menit, sebentar namun kejadian itu membuatku bertanya tanya, apa yang terjadi sebenarnya?
Setelah sekitar tiga menit berlalu, pelajaran dilanjutkan seperti biasa hingga bel istirahat berbunyi. Aku harus terlihat biasa saja seperti seakan-akan hal tadi tidak terjadi agar tidak terlihat mencurigakan. Aku menjalankan sisa pelajaranku dengan perasaan menjanggal, sampai-sampai Gama bertanya kepadaku.
“Kenapa Dan?” tanya Naka.
“Hah, gapapa gue” jawabku.
“Yang bener? Kalo ada apa-apa bilang gue aja ya,” ujar Naka.
“Okay Janardana Kastara kelas 9D murid kesayangan Pak Tarno!” jawabku dengan bergurau.
Hari-hari pun berlalu, aku masih belum menemukan jawaban apa yang terjadi pada hari itu. Aku tidak tahu ingin bercerita ke siapa karena pasti tidak akan ada yang percaya adanya hal tersebut.
Suatu hari, aku dan Naka sedang berada di basecamp kita yaitu di rumah tua itu. Kita terjebak di sana sudah dari siang karena dari tadi hujan dan kita lupa untuk membawa payung, kita tidak menerobos hujan dan berlari karena aku dan Naka pernah dimarahi oleh orangtua kita dan kita mendapat hukuman. Jadi, kita tidak mau mengulanginya lagi. Aku dan Naka sudah sangat mati gaya dan tidak tahu ingin melakukan apa lagi. Tiba-tiba aku kepikiran untuk memberitahukan Gama mengenai kejadian waktu itu.
“Naka” Kataku untuk memulai pembicaraan.
“Apa,” Jawab Naka.
“Lu akhir-akhir ini ngerasa ada yang aneh ga sih? 2 minggu lalu pas lagi pelajaran IPA di tengah-tengah pelajaran tiba-tiba ada cahaya terang banget dari langit terus aku liat ada siluet hitam gitu, tapi ga mirip siluet manusia sama sekali. Trus semua siswa yang ada di kelas termasuk lu tiba-tiba bengong ke depan ga kedip sama sekali,” jelasku
“Wait. Aku kemarin baru ngerasain juga hal yang sama, pas pulang sekolah karena aku capek, aku mutusin buat tidur sebentar. Niatnya sih cuma sampe jam 5-an eh kebablasan sampe maghrib. Aku kebangun karena perut aku laper banget jadi aku turun kebawah buat nyari mama atau sekedar nyari makanan. Tapi pas aku udah dibawah, aku ga nemuin mama aku atau adikku. Biasanya maghrib itu mereka ngumpul berdua di bawah sambil nunggu papa aku pulang kantor. Aku nyari ke semua sudut ruangan sampe aku keluar rumah, lebih kagetnya di luar ga ada siapa siapa, iya sih memang sudah maghrib tapi ini aja lampu-lampu rumah ga dinyalain sama sekali. Karena saat itu aku laper banget jadi ga bisa mikir jernih aku ngambil asal saja makanan yang ada di meja makan dan ga peduli orang-orang itu kemana, sambil makan aku terus-terusan mastiin kalo ini bukan mimpi. Abis makan, ternyata aku masih ngantuk jadi aku tidur lagi. Ga lama aku bangun lagi, tapi langit ternyata masih terang dan ga gelap sama sekali. Aku liat jam dinding sekarang jam berapa, ternyata masih jam 5! Aku di situ bingung setengah mati. Aku turun ternyata ada mama sama adek gue, aku nanya ke mamaku kan daritadi mama dimana, terus katanya dari tadi dia disitu dan ga kemana-mana. Aku yakin banget tadi pas pertama bangun itu aku bukan mimpi karena pas aku nyubit diriku sendiri itu sakit,” Kana menjelaskan kejadiannya secara detail dan jelas.
Aku hanya mengangguk karena belum bisa benar-benar memproses apa yang Kana katakan. 5 menit kemudian hujan sudah mulai reda dan langit sudah mulai gelap. Aku dan Kana memutuskan untuk menerobos hujan khawatir orang tua kita mencari kita karena kita hanya izin sampai siang.
Hari-haripun berlalu, tidak ada kejadian menjanggal yang terjadi kepadaku maupun Kana. Hari itu sangat dingin karena seharian hujan turun sampai-sampai sekolahku diliburkan. Aku memutuskan untuk membuat coklat panas dan bersantai di sofa dan menonton televisi. Aku menyalakan televisi dan langsung muncul berita mengenai situasi dunia masa kini. Karena aku tertarik penasaran aku pun membesarkan volume televisi dan duduk dengan tenang.
‘Selamat pagi para penonton setia berita, pada kesempatan ini saya akan berbicara mengenai banyaknya bencana alam yang telah terjadi di dunia ini khususnya di Indonesia, telah terjadi gunung meletus yang menyebabkan beberapa rumah warga sekitar rusak dikarenakan lava gunung mencapai pemukiman warga, akhir-akhir ini juga terjadi cuaca yang sangat tidak bisa diprediksi’
Kira-kira itu isi beritanya. Aku terdiam sebentar dan merasakan degup jantungku berdetak lebih keras dari sebelumnya. Aku memikirkan betapa kacaunya dunia ini sekarang.
Aku tidak ingin terlalu memikirkan hal itu dan hanya fokus untuk menghabiskan coklat panasku karena cuaca diluar sudah mulai cerah dan Kana juga sudah memanggilku untuk bermain di luar. Kana mengajakku untuk pergi membeli snack di warung depan, tetapi ternyata tutup jadi kita hanya bersantai di halaman rumah Kana sampai sore.
Kebenaran
“Apakah ini mimpi?”
Esok harinya, aku dan Kana pergi ke sekolah seperti biasa dan melakukan aktivitas di sekolah seperti biasa. Kebetulan hari ini kita ada mata pelajaran olahraga jadi kita beraktifitas di lapangan. Seperti yang telah dibicarakan di berita beberapa hari yang lalu, cuaca akhir-akhir ini cukup ekstrim dan tidak bisa diprediksi, tiba-tiba cerah tiba-tiba hujan badai.
Kegiatan olahraga kita dimulai tepat pukul 11:00 siang dengan cuaca yang sangat amat panas dan matahari siang sangat terik. Seharusnya aku sudah terbiasa dengan panas seperti ini, namun entah kenapa hari itu tubuhku terasa sangat lemas dan memuncak di jam olahraga yang membuat penglihatanku seketika memutih seperti ada sinar sangat terang, kepalaku pusing seperti dipukuli oleh 100 orang. Aku menebak aku telah pingsan dan dibawa ke ruang UKS sekolah.
Alih-alih terbangun di ranjang UKS sekolahku, aku malah terbangun di ranjang rumah sakit dengan selang yang sangat banyak di sekitarku. Aku ingin merubah posisiku menjadi duduk tetapi tidak bisa, tubuhku terlalu lemah untuk itu. Maka dari itu, aku hanya berdiam sebentar dan melihat sekeliling. Aku hanya bisa mendengar mesin-mesin rumah sakit yang berbunyi ‘nit’ yang sangat konsisten saat berbunyi. Betapa terkejutnya aku melihat mama terbaring di sofa ruanganku dengan sweater yang dijadikan selimut. Aku tidak bisa menebak sama sekali apa yang terjadi. Mengapa banyak selang di sekitarku? Mengapa aku terbangun di ranjang rumah sakit dan mama berbaring di sofa ruanganku?
Aku melihat jam dinding yang ada di ruangan itu, waktu menunjukan pukul 16:08 sore. Aku berniat untuk membangunkan mama, tetapi aku merasa kasihan karena mama seperti baru saja tertidur dengan pulas. Entah dengan kekuatan apa, beberapa menit setelahnya mama bangun dan tiba tiba raut wajah mama berubah menjadi kaget dan langsung memanggil dokter.
Satu orang dokter dan beberapa suster menghampiriku untuk mengecek keadaanku. Aku semakin bingung, apa sih sebenarnya yang terjadi padaku?
Setelah melakukan pengecekan, mama memelukku dengan erat dan mengucapkan ucap syukur berkali-kali dengan air mata yang mengalir tak henti. Percayalah, disitu aku sangat bingung apa yang terjadi sampai sampai tidak bisa mendeskripsikan seberapa bingungnya aku. Jadi, aku memutuskan untuk bertanya kepada mama.
Ternyata selama ini, aku koma. Mama menceritakan bahwa tepat 3 tahun yang lalu pada saat aku kelas 6 SD aku dikeroyok oleh teman-teman sekelasku sampai-sampai aku pingsan, lalu koma. Aku seperti hilang ingatan dan tidak bisa mengingat apa-apa kecuali mama dan Kana, bahkan aku tidak mengingat papa ataupun adikku. Aku menanyakan Kana kepada mamaku, mengapa Kana tidak ada disitu saat aku dikeroyok oleh teman sekelasku padahal aku kemanapun pasti bersama Kana?
Mama terlihat bingung mendengar kata ‘Kana’. Mama berkata bahwa aku tidak mempunyai teman yang bernama Kana, mama juga berkata bahwa aku tidak memiliki sama sekali teman kecuali boneka di kamarku yang berbentuk oval berwarna hijau. Aku terkejut. Aku langsung menghubungkan satu-satu apa yang terjadi dan menyimpulkannya.
Ternyata Kana hanyalah teman khayalanku yang kubuat selama terbaring di rumah sakit selama 3 tahun. Aku juga tidak tahu mengapa Kana terasa sangat nyata. Tentu, rumah tua itu juga khayalanku. Mana mungkin di sekitarku terdapat rumah tua sedangkan aku tidak tinggal di komplek, namun di sebuah apartemen. Dan semua yang aku dan Kana lakukan adalah khayalanku sendiri yang kubuat.
EPILOG
Setelah 2 minggu aku melakukan pemulihan akhirnya aku dibolehkan pulang, aku sudah sangat lelah terbaring di rumah sakit dengan makanan rumah sakit yang hambar. Di perjalanan aku sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengan papa dan adikku. Mereka belum sempat menjengukku lagi karena papa sibuk kerja dan adikku tidak ada yang mengantarkan ke rumah sakit, adikku belum boleh memesan gocar maupun grabcar karena umurnya yang masih termasuk muda. Sesampainya di rumah aku langsung membuka pintu mobil dan berlari kepada papa dan adik yang sudah menungguku di depan pintu. Aku memeluk mereka berdua dengan sangat erat. Saat aku memeluk papa, aku merasakan papa mengeluarkan air mata, tetapi Ia ingin terlihat tegar di depan anak-anaknya jadi Ia langsung buru-buru mengelap air mata yang jatuh. Setelah melepas rindu, kita berempat masuk ke dalam rumah dan makan siang bersama. Siang itu adalah salah satu siang terbaik yang pernah kualami di hidupku, kita makan banyak sekali makanan. Walaupun banyak makanannya tetapi tetap habis karena entah kenapa nafsu makanku bertambah sepulang dari rumah sakit, mungkin karena makanan rumah sakit tidak ada rasanya.
Setelah makan aku masuk ke dalam kamarku diikuti dengan adikku. Betapa terkejutnya aku ternyata kamarku dihiasi oleh balon berwarna hijau dengan balon bermotif alien, mungkin karena keluargaku tahu bahwa aku menyukai hal seperti itu. Aku memeluk adikku dengan erat dan mengucapkan terimakasih, tanpa diberitahu pun aku mengetahui bahwa yang menaruh semua balon di kamarku adalah adikku. Terdapat sepucuk surat diletakkan di atas kasurku. Sembari membaca surat tiba-tiba aku merasakan merinding sekujur tubuh, dari kepalaku sampai ujung jari kakiku. Aku tidak terlalu memikirkan hal tersebut karena tiba-tiba mama memanggil kita berdua dari lantai bawah. Aku pun mengajak adik untuk turun kebawah, saat aku menutup pintu aku melihat sosok yang aku kenal. Aku mengingat ngingat siapakah sosok itu? Kana. Sosok itu adalah Kana. Laki-laki yang lumayan tinggi dengan rambut belah tengahnya berdiri diam di pojok kamarku. Aku memutuskan untuk mendekati ‘Kana’ dan mengajaknya untuk berbicara, karena aku yakin sosok itu adalah Kana yang selama ini ada di khayalanku.
“Dek, turun duluan aja aku mau ngobrol sama temen kakak,” ucapku.
“Hah siapa?” tanya adikku.
“Itulohh, yang lagi berdiri di pojok kamar kakak,” balasku.
A ku melihat raut muka adikku yang terlihat sangat bingung. Dia seperti tak percaya apa yang telah aku katakan.
“Kenapa dek?” tanyaku.
“Itu gak ada orang loh kak disitu,” jawab adikku.
Saat aku menoleh ke arah pojok ruangan tempat Kana berada, sosok itu menghilang. Aku bertanya-tanya di kepalaku sendiri, siapakah sosok itu?
THE END
Nama : Kinara Putri Razna Naina
Kelas : XC
Sekolah: SMA Labschool Cirendeu
(Marieska Harya Virdhani)