JAKARTA - Jika kamu merasa menjadi profesor di usia 18 tahun terdengar mustahil, kamu harus mengenal Alia Sabur. Alia Sabur meraih Rekor Dunia Guinness sebagai dosen termuda berkat telah mengajar Departemen Penggabungan Teknologi Maju di Universitas Konkuk Seoul pada usia 18 tahun. Simak kisahnya berikut ini!
Alia Sabur lahir pada 22 Februari 1989. Anak perempuan dari pasangan Mohammed Sabur dan Julia Sabur ini telah menunjukkan kelebihannya sejak usia dini. Lahir di New York City, Alia mulai membaca di umur delapan bulan. Wow! Sungguh mengesankan bukan?
BACA JUGA:
Ayah Alia merupakan seorang insinyur listrik, sedangkan ibunya jurnalis yang akhirnya meninggalkan pekerjaanya untuk mengelola pendidikan Alia. Berkat pekerjaan sang ayah, Alia dekat dengan alat-alat teknik sejak kecil. Tanpa diajarkan, Alia mengenal alat itu dengan baik, bahkan mengerti cara menggunakannya.
Suatu hari saat ayah Alia membangun teras rumahnya, Alia menghampiri dan membantu. “Alia akan berjalan-jalan dengan membawa obeng kecil dan palu dan melakukan pengukuran. Dia akan berkata, ‘Ayah, inci?’ Dan kemudian dia akan memberitahunya berapa inci,” jelas Julia dikutip dari berbagai sumber, Selasa (14/11/2023).
Julia Sabur mengaku bahwa awalnya ia dan sang suami tidak terlalu memahami bahwa anaknya seorang jenis. “Dia mulai membaca ketika dia berusia delapan bulan. Tiba-tiba dia mengeluarkan kata-kata. Seperti yang ada di rambu jalan, mobil, makanan di supermarket, dan buku. Kami baru pertama kali menjadi orang tua, jadi kami tidak terlalu memikirkannya,” ungkap sang ibu.
BACA JUGA:
Karena kemahirannya, Alia mulai bersekolah di umur tiga tahun. Awalnya ia masuk ke sekolah negeri seperti anak-anak lainya. Namun seorang penguji di kelas satu merasa bahwa IQ Alia di atas rata-rata. Ia pun menyelesaikan pendidikan dasarnya di usia lima tahun. Saat di sekolah, Alia mengalami kesulitan berkat pengajarnya tidak bisa mengikuti perkembangan otak Alia yang cerdas. Mereka akan meminta Alia untuk menahan diri dan menghambat kecerdasannya.
Setelah lulus dari sekolah dasar di usia lima tahun, Alia masuk sekolah menengah dan hanya bertahan selama dua tahun. Hingga akhirnya pada usia tujuh tahun Alia masuk ke Sekolah Menengah Atas. Tak ingin kehilangan masa kecilnya, Alia juga mengikuti kegiatan sekolah di luar akademik. “Dia tidak ingin melewatkan waktu-waktu sosialnya, seperti saat mereka melakukan seni, gym, dan makan siang,” jelas Julia saat menceritakan masa sekolah Alia.
Pada usia 10 tahun, Alia mengambil bidang Matematika Terapan di Universitas Stony Brook. Kemudian di tahun 2006, Alia kuliah di Universitas Drexel dan meraih gelar M.Sc. Alia melanjutkan pendidikannya di universitas yang sama dan meraih gelar PhD di bidang ilmu dan teknik material. Semua ini ia raih di usia 18 tahun.
Pada 19 Februari 2008, tiga hari sebelum ulang tahunnya yang ke-19, ia diangkat menjadi Profesor Internasional sebagai Penghubung Penelitian dengan Universitas Stony Brook oleh Departemen Penggabungan Teknologi Lanjutan di Universitas Konkuk di Seoul, Korea Selatan. Penghargaan ini menjadikan Alia Sabur sebagai profesor termuda dan berhak mendapatkan Sertifikat Rekor Guinness Dunia.
BACA JUGA:
Kontribusinya tidak hanya sebagai seorang profesor tetapi juga sebagai peneliti di usianya yang masih sangat muda sangatlah luar biasa dan patut dipuji. Alia berupaya mengembangkan probe seluler berbasis nanotube untuk digunakan dalam penelitian medis untuk menyembuhkan penyakit seperti kanker. Dia juga menunjukkan minat dalam mengembangkan pengukur glukosa darah optik non-invasif untuk pasien diabetes. Idenya untuk mengurangi tumpahan minyak Deepwater Horizon di Teluk Meksiko sangat penting dan bahkan dipertimbangkan oleh British Petroleum.
Nah, itu tadi kisah profesor termuda di dunia, Aulia Sabur. Kisahnya yang sangat menakjubkan semoga dapat menginspirasi pembaca untuk mengembangkan kemampuannya berkat kecerdasan tidak lahir begitu saja.
(Dani Jumadil Akhir)