Ruh Saintis Jadi Bagian dari Gerakan Kebudayaan di Makara Art Center UI

Atik Untari, Jurnalis
Sabtu 28 Oktober 2023 08:31 WIB
Kepala Makara Art Center UI Dr. Ngatawi Al Zastrouw saat berbincang dengan Tim iNews Media Group. (Foto: Ratman Suratman)
Share :

Strategi ini diejawantahkan dalam visi dan misi yang bernas, yakni Makara Art Center UI akan menjadi ruh saintis. Pendeknya, Makara Art Center UI akan menjadi bagian dari gerakan kebudayaan, bukan sekadar gerakan seni.

“Dengan demikian Universitas Indonesia menjadi part excellence di gerakan akademi yang berkebudayaan. Untuk mencapai spirit tersebut, lantas diturunkan menjadi visi lembaga Makara, yakni menjadi gerakan akademik spiritual. MAC suatu lembaga yang mendukung kegiatan yang ada di kampus dengan pendekatan dan pola yang lebih berkebudayaan, tidak hanya berkesenian,” ujar seniman yang telah melahirkan banyak karya ini.

Kethoprak Guru Besar UI menampilkan lakon "Panji Semirang Asmarantaka" di Makara Art Center (MAC) UI. Foto Dok. Humas UI

Untuk mengaktualisasikan visi-misi tersebut, ujar Al-Zastrouw, ada tiga pola yang dilakukan Makara Art Center UI. Pertama adalah penelitian dan kajian. Ini sebagai upaya untuk mengembangkan atensi pemikiran dan kreativitas di bidang kebudayaan melalui penelitian hingga diskusi-diskusi produktif dan lain sebagainya. Kedua adalah pelatihan, dan ketiga adalah berbagai pementasan. “Jadi integrated, ya, bukan hanya ada pementasan, tapi juga ada kajian-kajian dan workshop,” ujarnya.

Salah satu yang dilakukan belum lama ini adalah, mengundang komunitas-komunitas adat dari Garut untuk melakukan Upacara Sedekah Hutan. Upacara Sedekah Hutan adalah tradisi kearifan lokal untuk merawat, menjaga, dan mengembangkan alam ini.

“Ternyata ada tradisi bagaimana merawat, menjaga, dan mengembangkan alam ini dengan kearifan lokal. Mereka dua hari di sini, melakukan ritual. Mulai dari mencari air tujuh sumber, terus keliling hutan dengan yang kita sebut tahayul, macam-macam, gitu, ya. Tapi itu mantra-mantra dibaca, ada sesajen dipenuhi, mereka melakukan ini semua,” ucapnya.

Kegiatan yang dilakukan tersebut, diamati lalu dianalisis secara akademik dengan melibatkan lintas ilmu.

“Saya undang antropolog, sosiolog, ahli ilmu budaya, ahli geografi untuk memberikan tafsir secara akademik terhadap ritual sedekah hutan ini. Tafsirnya secara akademik, misal dari segi geografis, mereka akan melihat bagaimana alam, tumbuhan, tanah, kontur, struktur di sini kayak apa, dan bagaimana orang itu memperlakukan itu. Mereka akan mengamati dari segi geografis kearifan lokal ini punya makna apa dan punya fungsi apa,” katanya.

Setelah melakukan kegiatan tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa tradisi kearifan lokal ternyata bisa dianalisis secara akademik. “Maka setelah kegiatan itu, saya menyebutnya ada dua tafsir. Satu tafsir akademik, dan kedua tafsir religi atau spiritual. 

Ia pun mencitakan, dari kebudayaan ini akan melahirkan mazhab baru di bidang pengetahuan, misalnya Mazhab Depok. Mengingat kita memiliki banyak karya, banyak tradisi. “Tradisi di mata saya sebagai pengelola Makara, adalah sebagai soft of knowledge dan sebagai referensi hidup, sehingga kita bisa menggali dari situ,” ucapnya optimis.

Sebelum mengemban tugas sebagai Kepala Makara Art Center UI, Al-Zastrouw telah memiliki ide, bahwa kampus bisa menjadi salah satu pusat gerakan kebudayaan. Sebelumnya, ia pernah mengajar sosiologi agama di FISIP UI (2008-2010).

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya