JAKARTA - Anak repatriasi memiliki kesempatan melanjutkan pendidikan. Yaitu dengan beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) Repatriasi bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tinggal di luar negeri, khususnya di Sabah, Sarawak, dan Johor Bahru, Malaysia.
Salah satu anak repatriasi asal Sulawesi Selatan yang saat ini sekolah di SMK Negeri 1 Kota Banjarbaru, Kasmir Rullah, mengaku kaget saat pertama sekolah. Pasalnya, di SMK Negeri 1 Kota Banjarbaru banyak sekali siswanya. Namun, ia merasa bangga dan senang bisa sekolah di Indonesia dengan beasiswa ADEM Repatriasi.
“Pertama kali saya sekolah, saya susah beradaptasi karena tidak lancar bahasa Indonesia juga. Namun setelah sekolah di sini, saya bangga dan dan akan belajar dengan serius,” tutur Kasmir yang sejak lahir tinggal di Sabah, Malaysia dalam keterangan resmi Kemendikbudristek, Minggu (15/10/2023).
Ia bercerita, saat sebelum sekolah di SMK Negeri 1 Kota Banjarbaru, cita-citanya adalah menjadi tentara. Namun, saat ini ia ingin menjadi guru seni rupa.
BACA JUGA:
"Sekarang saya menjadi tertarik dengan dunia seni. Untuk itu, setelah lulus sekolah saya ingin lanjut kuliah di Makassar dengan program studi ilmu seni rupa,” ungkap pria yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler taekwondo ini.
Buat adik-adik yang saat ini masih menempuh pendidikan di Community Learning Center_ (CLC), baik itu di Sabah, Serawak, dan Johor Baru, Kasmir berpesan untuk terus melanjutkan pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi. “Buat adik-adik yang di Malaysia, semangat belajarnya. Kalau lulus SMP jangan dulu bekerja di perkebunan atau bangunan, mending sambung sekolah dengan beasiswa. Sekolah di sini enak, tinggal belajar dengan baik,” kata Kasmir.
Senada dengan itu, Serin Andarias, siswi kelas XII SMK Negeri 1 Martapura bidang akuntansi dan keuangan negara, Kalimantan Selatan, tidak percaya bahwa ia bisa sekolah di Indonesia dengan beasiswa ADEM Repatriasi. “Saya bangga bisa masuk sekolah di sini. Waktu di CLC, saya tidak kepikiran sama sekali bisa sekolah gratis di sekolah terbaik di Kalimantan Selatan,” ujar siswa yang bercita-cita jadi polwan.
Serin mengaku, perubahan terbesar dalam dirinya setelah sekolah di Indonesia adalah menjadi mandiri dan lebih bertanggungjawab. “Saya jadi berpikir, saya harus sukses dan bisa bawa orang tua saya kembali ke Indonesia. Bagaimanapun, hidup di Indonesia lebih baik dan lebih nyaman,” ujar siswa yang lahir di Keningau, Malaysia.
BACA JUGA:
Rasa bangga juga diungkapkan oleh Joakim Naya Watun, siswa asal Flores, Nusa Tenggara Timur yang lahir di Sabah. Joe panggilannya, kini sekolah di SMK Negeri 1 Martapura bidang desain komunikasi visual. “Puji Tuhan, saya bisa sekolah di Indonesia, dulu saya tidak tahu apa-apa bahkan yang namanya Kalimantan Selatan, sama sekali tidak tahu. Tetapi setelah setahun saya tinggal di sini, saya merasa nyaman, saya bisa beradaptasi dengan banyak orang,” ungkapnya.
Setelah lulus SMK, Joe mengaku ingin melanjutkan kuliah di bidang teknik informatika atau seni musik. “Orang tua yang saat ini sudah menetap di Kalimantan Utara, sangat mendukung saya untuk sekolah di sini. Ibu saya berpesan untuk belajar dengan sungguh-sungguh, karena beasiswa ini tidak bisa didapatkan oleh setiap orang,” ujar siswa yang telah melalui pendidikan dasarnya di Sabah dengan pendidikan kesetaraan Paket A dan Paket B.