Kisah Prof Komarudin, Anak Petani Miskin yang Kini Jadi Rektor UNJ

Marieska Harya Virdhani, Jurnalis
Kamis 05 Oktober 2023 11:06 WIB
Share :

Selepas lulus dari SMPN I Jatibarang Indramayu, Wali Kelas dari Prof. Komarudin, almarhum Pak Ali, menyarankan untuk melanjutkan studi lanjutnya di salah satu SMAN unggulan di Cirebon karena prestasi dan nilai pelajaran yang bagus. Namun karena kekawatiran orang tua atas biaya sekolah dan keinginan untuk cepat bekerja, Prof. Komarudin kemudian melanjutkan studinya di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Indramayu.

 BACA JUGA:

SPG adalah sekolah yang seleksinya sangat ketat dan biasanya tidak lebih dari sepertiga dari jumlah pendaftar yang lolos seleksi, bukan karena biayanya yang tinggi. Mereka yang diterima pun kebanyakan dari masyarakat kalangan ekonomi menengah ke bawah, yang menjadikan sulit menembus seleksi adalah beratnya materi yang harus dikerjakan. Ada tes kepribadian termasuk bakat dan minat, tes kemampuan akademik, dan tes fisik. Jadi, siapa pun yang masuk di SPG sudah pasti anak-anak yang punya kepribadian, akademik, fisik, serta memiliki bakat dan minat yang baik sebagai modal menjadi seorang guru. Meski, tidak semuanya berminat menjadi guru, melainkan lebih dikarenakan ingin cepat bekerja, terutama menjadi PNS.

Selama bersekolah di SPG, Prof. Komarudin memperoleh keseimbangan antara belajar dan organisasi. Hal ini terbukti, meski aktif berorganisasi dan sempat menjadi Ketua Umum OSIS selama satu tahun (1982-1983), Prof. Komarudin juga lulus dengan predikat sebagai lulusan terbaik SPGN Indramayu tahun 1984.

Setelah lulus SPG ada kebimbangan pada Prof. Komarudin, antara keinginan cepat kerja menjadi guru SD dengan keinginan melanjutkan kuliah. Pada kondisi ini, kehadiran Pak Suhaili salah seorang guru muda di SPGN Indramayu memberi arti. Suhaili menyarankan agar dirinya melanjutkan studi ke pendidikan tinggi, tepatnya ke IKIP. Menurut Suhaili, prestasi akademik dan organisasi yang dimiliki Prof. Komarudin akan lebih baik lagi jika dilanjutkan di perguruan tinggi, sayang saja kalau hanya menjadi guru SD.

Hal ini yang kemudian menjadi motivasi Prof. Komarudin untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan kuliah di IKIP Jakarta. Pada tahun 1984 mengikuti Sipenmaru dan diterima di program studi D2 Keterampilan PKK. Lalu, karena alasan dan kondisi tertentu, pada tahun 1985 kembali mengikuti Sipenmaru dengan memilih Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan (PMP–KN), FPIPS, IKIP Jakarta dan kemudian setelah mengikuti proses selama lima tahun lulus pada tahun 1990 dengan predikat Lulusan Terbaik FPIPS IKIP Jakarta.

Semasa menjadi mahasiswa, selain menjalankan tugas sebagai guru di SMEAN 15 Jakarta, Prof. Komarudin juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan yang pertama diikuti oleh Prof. Komarudin di kampusnya adalah HMJ dan pada tahun 1987/1988 menjadi Sekretaris Umum HMJ. Selain itu juga aktif di Racana Pramuka dan menjadi Ketua Racana Putra pada 1988/1989. Di waktu bersamaan Prof. Komarudin menjadi Ketua Komisi BPM FPIPS IKIP Jakarta. Selain aktif di Racana Pramuka, Prof. Komarudin juga turut mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan lain, seperti Forum Diskusi Ilmiah Mahasiswa Ekaprasetya (FODIM-E) yang sekarang bernama Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM), Lembaga Dakwah Kampus (LDK), dan Lembaga Pers Mahasiswa Didaktika.

Atas prestasi yang ditorehkan oleh Prof. Komarudin semasa menjadi mahasiswa, ia pun setelah lulus ditawari oleh Dekan FPIPS, Prof. M. Hasan, untuk mengabdi di almamaternya menjadi dosen. Tawaran ini pun disambut Prof. Komarudin dengan mengikuti proses administrasi sebagai penyandang Beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID), yaitu mengurus rekomendasi dari ketua jurusan, dekan hingga rektor. Dengan tidak menunggu lama, semua berkas pengusulan termasuk rekomendasi rektor diserahkan ke kementerian hingga akhirnya keluarlah SK CPNS sebagai Dosen IKIP Jakarta pada Juni 1991, tapi dalam SK terhitung mulai tanggal 1 Maret 1991.

Prof. Komarudin juga menjadi lulusan terbaik peringkat 1 saat Prajabatan CPNS Dosen tahun 1992. Tidak lama setelah menjadi dosen, tepatnya saat menjabat sebagai Sekretaris Jurusan, Prof. Komarudin meraih prestasi sebagai Dosen Teladan Nasional pada tahun 1996 di masa Mendikbud Prof. Dr. Eng. Wardiman Djojonegoro.

Tidak puas dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, Prof. Komarudin kemudian melanjutkan jenjang Magister di Departemen Sosiologi, FISIP Universitas Indonesia dan lulus tahun 1999. Kemudian melanjutkan studi jenjang doktoralnya di Pascasarjana UNJ di Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan dan lulus tahun 2012. Atas capaian prestasi dalam bidang akademik, Prof. Komarudin pada Juni 2020 lalu meraih jabatan akademik sebagai Guru Besar Tetap UNJ dalam Bidang Ilmu “Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan” yang dikukuhkan pada tanggal 18 Juni 2021.

(Taufik Fajar)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya