Hebat! Berkat Fisika Nuklir, Lulusan UI Ini Raih IPK Tertinggi 3,99

Marieska Harya Virdhani, Jurnalis
Sabtu 23 September 2023 11:27 WIB
Lulusan fisika UI raih IPKA 3,99 (Foto: Humas UI)
Share :

DEPOK - Muhammad Fauzan Syahbana jurusan Fisika dari Program Pendidikan Sarjana, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia (UI), nyaris meraih nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna. Dia meraih IPK CumLaude 3,99.

Dia diwisuda bersama dengan wisudawan UI lainnya. Yang membedakan Syahbana—atau biasanya disapa Sabana—dari wisudawan lainnya adalah karena ia lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi, yakni 3,99. Sabana menuturkan bahwa meski tetap bersyukur, ia sendiri merasa gemas dengan hasil akhir IPK-nya tersebut.

“Bisa 4 nggak sih?” ujarnya sambil tertawa dikutip Sabtu, Sabtu (23/9/2023).

 BACA JUGA:

Apa sih rahasianya?

Sabana bercerita bahwa indeks prestasinya sempat turun saat pandemi Covid-19 merebak, ketika proses pembelajaran yang awalnya luring berubah menjadi daring. Di saat itulah, ia mengalami sedikit kesulitan untuk menyesuaikan diri. Namun, meski mengalami banyak hambatan, Sabana tak kehilangan tekad untuk terus menimba ilmu. 

Selama mengikuti pendidikan di UI, Sabana merasa sangat terbantu dengan adanya dosen-dosen di Departemen Fisika yang sangat supportive. Menurutnya, mereka berdedikasi dalam mengajarkan ilmu kepada para mahasiswa. 

"Di Fisika ada beberapa peminatan, saya mengambil peminatan Fisika Nuklir dan Partikel Teoretis. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Drs. Terry Mart, saya meneliti partikel meson, yaitu partikel kecil yang sangat berpengaruh bagi perkembangan teknologi, terutama untuk ratusan hingga ribuan tahun ke depan,” kata Sabana.

 BACA JUGA:

Penelitian terkait partikel meson penting dalam kajian nuklir. Menurut Sabana, pengembangan nuklir diperlukan karena manusia tidak bisa terhindar dari penggunaan energi. Untuk saat ini, 70–80% konsumsi energi dunia masih dikuasai oleh energi fosil batubara. Di Indonesia sendiri penggunaan energi fosil mencapai 91% yang terdiri atas minyak, gas alam, dan batubara. Sementara itu, 9% lainnya dikuasai oleh energi baru terbarukan seperti PLTA, energi bayu, dan sebagainya.

Keseriusan Sabana pada penelitian tersebut berawal dari kecintaan pada Fisika sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Motivasi terbesarnya saat itu adalah mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Ia pun membuktikan ketertarikannya hingga memperoleh Medali Emas di OSN 2018. 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya