JAKARTA - Pernahkah kamu merasa bosan pergi ke sekolah? Bukan malas ya, melainkan jenuh dengan rutinitas yang dinilai kurang menantang. Hal itulah yang dirasakan Killy Dinanti Permadi dan Rayta Amanadefi Pradata.
Mereka berdua bosan sekolah dan bisa lompat langsung kuliah di Amerika Serikat. Kok bisa sih?
BACA JUGA:
Dilansir dari VOA Indonesia, Senin (4/9/2023), Killy Dinanti Permadi menyukai tantangan. Usia Killy kala itu 11 tahun. Kampus meminta Killy melakukan sejumlah tes, mulai dari IQ hingga menulis 8 esai dan wawancara. Killy langsung diterima dan mendapat beasiswa walaupun usianya baru 11 tahun. Ibunya, Camelia, diberitahu bahwa Killy adalah siswi termuda.
“Saya senang tantangan. Di sekolah yang lama, tidak banyak tantangan. Mereka hanya ingin berpegang pada konsistensi nilai. Jadi, saya harus mencari tutor dari tempat lain. Saya hanya ingin cara yang nyata untuk mendapatkan tantangan di sekolah. Itu sebabnya saya lebih senang di sini," tuturnya.
BACA JUGA:
Camelia cerita, anaknya mengeluh bosan di sekolah, Camelia menyarankan sang anak untuk melakukan apa saja sesuai minatnya.
"Ikuti saja apa yang disuka. Maksudnya, apa yang menjadi minat, kemudian dilakukan dengan sepenuh hati apa pun itu. Kemudian, dilakukan apa yang memang harus dilakukan untuk memperkuat kemampuannya," tutur Camelia.
Killy berencana mengambil jurusan biochemical engineering. Tetapi ia terbuka pada kemungkinan lain. Pada semester awal ini, ia mengambil kuliah kimia, sesuatu yang ia senangi tetapi tidak ada di sekolah dasar.
Pelajar Lainnya Juga Bosan Sekolah
Bosan sekolah juga dialami Rayta Amanadefi Pradata. Ia mencari solusi dan mendapat informasi bahwa ia bisa langsung kuliah di Amerika walaupun belum lulus SMA.
BACA JUGA:
Ibu Rayta, Nur Laili, mengungkapkan bahwa sejak kelas 9 Rayta sudah menyatakan mau langsung kuliah. Rayta bahkan mencari sendiri kampus yang cocok. Dia berusaha menahan keinginan anak semata wayangnya dengan dalih biaya kuliah. Namun ternyata Rayta diterima kuliah di Amerika dengan beasiswa.
“Saya juga harus konsisten dong. Kemarin bilang hanya karena masalah tuition. Sekarang sudah diterima dan sudah dapat beasiswa, ya sudah. Support aja,” kata Nur Laili.
Pada usia 14, Rayta meninggalkan kelas 10 SMA di Tangerang untuk kuliah dalam dua jurusan: fisika dan matematika, di Bard College at Simon’s Rock, di pinggiran kota Boston. Pada usia 16, ia tercatat sebagai lulusan termuda 2023, dengan predikat summa cumlaude.
Dengan rendah hati ia menyatakan bahwa ia tidak istimewa. Ia bahkan mengungkapkan bahwa ia bukanlah lulusan termuda dari kampus tersebut.
“Tahun lalu ada yang umur 15 sudah keluar (lulus-red),” ujar Rayta.
Rayta kemudian diterima magang di Badan Antariksa Nasional Amerika (NASA). Pada usia 17, Rayta tercatat sebagai mahasiswi doktoral di University of Delaware jurusan fisika antariksa. Ia berharap bisa lulus kurang dari empat tahun. Setelah itu, lanjut ke postdoctoral di kampus berbeda. Tujuan akhirnya?
“Riset di space. Sains gitu. Astronomer,” ujarnya.
Killy dan Rayta berpesan kepada para pelajar di Indonesia yang ingin loncat langsung kuliah. Menurut mereka universitas tidak sama dengan sekolah.
"Jangan menyerah. Lakukan yang terbaik. Pastikan kalian berlatih setiap hari karena kuliah dan universitas itu tidak sama dengan SMP, SD, jadi lebih baik berlatih. Jika kalian tahu mata pelajaran apa yang kalian akan ambil (jurusan yang akan dipilih), kalian mungkin bisa menyimak video tentang mata pelajaran tersebut, mencoba berlatih soal-soal pada mata pelajaran itu. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa kalian harus memaksakan diri melakukan ini terus menerus, kalian tetap perlu mengisi waktu bersama teman dan keluarga, tetapi setidaknya cobalah berlatih,” kata mereka.
(Marieska Harya Virdhani)