4. Raden Dewi Sartika
Selain R. A. Kartini, Raden Dewi Sartika juga merupakan pahlawan yang memperjuangkan pendidikan untuk kaum perempuan di tanah Sunda.
Ia sempat memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Eerste Klasse School.
Raden Dewi Sartika merupakan tokoh yang peka dan juga peduli akan keadaan sosial sekitarnya.
Ia memahami adanya pandangan rendah untuk perempuan yang kemudian memunculkan tradisi untuk mengekang kaum perempuan.
Dari kepedulian itulah, Dewi Sartika kemudian menguatkan tekad untuk memperjuangkan emansipasi perempuan hingga pada akhirnya ia mendirikan Sekolah Istri pada 16 Januari 1904.
Atas perjuangan itulah, Raden Dewi Sartika kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 1 Desember 1966.
5. Rohana Kudus
Rohana Kudus merupakan jurnalis perempuan pertama yang berasal dari Sumatera Barat. Pada 6 November 2019, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Gelar tersebut disematkan atas perjuangan Rohana Kudus dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi kaum perempuan. Ia berpikir bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam mengenyam pendidikan
Salah satu usahanya untuk kemajuan perempuan adalah dengan mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia.
6.KH Hasyim Asy'ari
KH Hasyim Asy’ari memiliki kiprah yang besar untuk agama Islam dan bangsa Indonesia. Bukan hanya merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, ia juga adalah tokoh pendiri Pesantren Tebuireng.
Didirikan pada 1899, Pesantren Tebuireng berlokasi di Jombang, Jawa Timur.
Bermula dari hanya berupa bangunan kecil yang terbuat dari anyaman bambu, Pesantren Tebuireng berkembang pesat dan melahirkan unit-unit pendidikan lainnya, di antaranya Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah, Madrasah Mu'allimin, dan Ma'had aly.
Atas jasanya, KH Hasyim Asy'ari mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional pada 1964.
(RIN)
(Rani Hardjanti)