Tokoh Indonesia yang Dikenal sebagai Negosiator Ulung, dari Agus Salim hingga Jusuf Kalla

Tim Litbang MPI, Jurnalis
Minggu 19 Juni 2022 12:40 WIB
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
Share :

Hasjim Djalal

Diplomat ulung lain yang juga dimiliki Indonesia adalah Hasjim Djalal. Lahir di Agam, 25 Februari 1934, Hasjim menempuh pendidikan di Akademi Dinas Luar Negeri Jakarta di tahun 1956. Melansir informasi yang tertera dalam laman AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), jenjang magisternya ia tempuh di University of Virginia, Amerika Serikat pada 1959 dengan fokus studi ilmu politik luar negeri. Untuk pendidikan doktoral, Hasjim belajar di universitas yang sama dengan studi ilmu hukum laut internasional.

Memiliki spesifikasi ilmu dan kajian di bidang hukum laut, maka ia dikenal luas sebagai tokoh hukum laut internasional. Hasjim Djalal adalah salah satu tokoh perancang UNCLOS atau United Nations Convention on the Law of the Sea, yang berhasil disahkan PBB pada 10 Desember 1982. Diplomat senior ini memiliki andil besar bagi Indonesia dalam mendapat pengakuan dunia, bahwa Indonesia adalah negara kepulauan. Beberapa posisi penting yang pernah ia duduki di antaranya Duta Besar (Dubes) Indonesia di Jerman, Dubes Indonesia di Kanada, dan Dubes Indonesia untuk PBB.

Jusuf Kalla


Selain Agus Salim dan Hasjim Djalal, Indonesia juga memiliki Jusuf Kalla sebagai juru runding yang ulung. Lahir di Sulawesi Selatan pada 15 Mei 1942, Jusuf Kalla menghabiskan masa sekolah di kampung halamannya, Watampone. Pria yang akrab disapa JK itu menjadi Wakil Presiden Indonesia sebanyak 2 kali. Pertama di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan selanjutnya bersama Presiden Joko Widodo. Pada tahun 2020, JK menerima penghargaan dari Kementerian Luar Negeri dan Yayasan Manggis. Penghargaan itu diraihnya lantaran kemampuan diplomasi atau negosiasi yang ia miliki sangat baik. Konflik yang mampu ia selesaikan tak hanya ada di dalam negeri, namun juga hingga ke luar negeri.

Di dalam negeri sendiri contohnya adalah konflik Aceh tahun 2005 yang terjadi antara GAM dan pemerintah. Ketika menjadi mediator di konflik tersebut, JK mengaku banyak membaca buku tentang Aceh dan budayanya. Hal tersebut cukup membantu agar proses negosiasi berjalan baik. Selama menjabat sebagai Wakil Presiden, Jusuf Kalla juga kerap menghadiri sidang PBB dan menyampaikan pidatonya.

*diolah dari berbagai sumber

Ajeng Wirachmi-Litbang MPI

(Widi Agustian)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya