JAKARTA - Kementerian Pendidikan Kebudayaan Ristek dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyampaikan jumlah warga yang buta huruf per 2020 mencapai 2.961.060 jiwa.
Jumlah itu turun dibanding data per 2019 yang mencapai 3.081.136 jiwa. Untuk itu, pemerintah terus berupaya mengentaskan masalah ini.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Jumeri mengatakan, pihaknya telah menjalankan program pengembangan literasi nasional untuk mengurangi angka buta huruf di Indonesia.
Baca juga: Kejagung Tangkap Buronan Korupsi Pengadaan SIM RSUD Aloe Saboe
Baca juga: Terkait Varian Mu Covid-19, Kemenkes Konsultasi ke WHO
Pengembangan literasi tersebut ditempuh melalui gerakan literasi sekolah, gerakan literasi masyarakat, dan gerakan lterasi keluarga melalui pendidikan formal dan nonformal.
“Melalui layanan program pendidikan keaksaraan diharapkan masyarakat buta aksara dapat meningkat kualitas hidupnya sebagai awal langkah untuk jenjang berikutnya. Masyarakat yang buta aksara (bisa) mengikuti pendidikan keaksaraan dasar, selanjutnya keaksaraan lanjutan, dan selanjutnya ke jenjang pendidikan kesetaraan Paket A setara SD, paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA,” ujar Jumeri dalam laman resmi Kemendikbud, Kamis (9/9/2021)
Sementara Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyampaikan, pengentasan buta aksara berujung pada literasi yang mendorong individu untuk berpikir kritis. Menurutnya, sangat penting menjadikan literasi sebagai kompetensi esensial dalam dunia pendidikan.
“Bukan hafalan yang harus dituntut dari peserta didik, melainkan kemampuan memahami, dan mengolah informasi secara kritis,” ujarnya