JAKARTA - Taliban berhasil menguasai seluruh wilayah Afghanistan, termasuk Provinsi Panjshir, wilayah terakhir yang belum ditaklukkan kelompok tersebut.
(Baca juga: Angin Puting Beliung Terjang Lampung Timur, Belasan Rumah Warga Rusak)
Guru Besar Kajian Timur Tengah (Timteng) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Istadiyantha, mengatakan keberhasilan Taliban menguasai wilayah Afghanistan, tidak berpengaruh ke Indonesia.
Demikian diutarakannya saat menjadi pembicara dalam FGD yang digelar Doktor Muslim Peduli Bangsa dengan tajuk “Masa Depan Dunia Islam: Pergolakan Politik Pasca Kemenangan Taliban” melalui Zoom Cloud Meeting.
(Baca juga: Viral! Mata Elang Babak Belur Dikeroyok Massa Usai Rampas Motor Ojol)
“Di Indonesia belum ada waktunya atau tidak ada waktu untuk merembet di Indonesia, Dan, mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) Abu Tholut mengatakan bahwa kemenangan Taliban di Afghanistan tidak berpengaruh dengan situasi politik di Indonesia,” ujar Istadiyantha.
Menurutnya, keberhasilan Taliban menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan haruslah dilihat dari perspektif geopolitik dan geostrategis.
Pertama, soal geopolitik, Prof. Istadiyantha dalam paparan materinya menyebut keberhasilan Taliban dapat menjadi kebijakan politik dengan memanfaatkan geografi sebagai basis penguasaan ruang hidup untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam negara.
Sedangkan, jika dilihat dari geostrategis maka harus ada perumusan strategi nasional yang memperhitungkan kondisi dan kostelasi geografi sebagai faktor utamanya.
“Masalah Afghanistan tidak bisa dilepaskan dari geopolitik dan geostrategis. Bukan karena orang-orang yang euforia sehingga senang dengan (red: kemenangan) Taliban atas Afghanistan, tapi secara politis Rusia, Tiongkok, Pakistan, dan Iran sama,” jelasnya.
Selain hubungannya dengan Indonesia, dosen Sosiologi Masyarakat Timur Tengah di Prodi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS ini juga menerangkan, dukungan yang diberikan Rusia, Tiongkok, Pakistan, dan Iran kepada Taliban tidak bisa dilepaskan dari ketidaksukaan empat negara itu dengan keberadaan Amerika Serikat (AS).
Lebih lanjut dia mengatakan, penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang telah berakhir pada 31 Agustus 2021 lalu membuat nyali Taliban untuk mengusir Mujahidin dari tampuk kekuasaan pemerintah Afghanistan yang sah menjadi semakin kuat. Bahkan, Prof. Istadiyantha juga menyebut ideologi Mujahidin di bawah pengaruh AS lemah.
“Tahun 1996 Taliban berkuasa, tahun 2001 kekuasaan Taliban dihancurkan oleh AS dan Mujahidin ditempatkan sebagai penguasa atas Afghanistan. Sebenarnya tahun 1989, Osama, Mujahidin, AS bersatu melawan Uni Soviet,” ulasnya.