Ia menambahkan, pemerintah sebaiknya perlu mengkaji ulang pelonggaran PPKM, sebab persentase masyarakat yang baru mendapat suntikan pertama dengan suntikan kedua vaksin Covid-19 belum mencapai persentase yang diinginkan.
Sebagai contoh, di Inggris, pemerintahan Boris Johnson berani untuk melonggarkan penguncian wilayah sebab 88 persen masyarakatnya sudah mendapat suntikan pertama vaksin Covid-19. Dan, persentase yang mendapat suntikan kedua vaksin Covid-19 sudah mencapai 60%.
“Dan, ini menjadi pelajaran berharga untuk kita agar memang reopening yang situasi dianggap sudah siap pun ternyata juga terjadi (red: pertambahan kasus Covid-19) dan cakupan vaksinasi kita belum ke sana (red: mencapai target),” ucapnya.
Oleh karenanya, dr. Tonang juga mendorong agar pemerintah secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya melakukan vaksinasi Covid-19 untuk masyarakat. Sebab, efek dari vaksinasi Covid-9 baru dapat dirasakan manfaatnya jika sudah mencapai persentase 40%.
“Sehingga, kita berharap efek vaksinnya bisa terasa. Ini bukan berarti pandemi selesai, tapi jumlah kasus bisa di bawah jumlah yang sembuh. Misalnya, di Chili, yang divaksinasi Covid-19 adalah lansia. Dampaknya kasus positif bergeser ke remaja, kemudian ke anak-anak. Makanya remaja dan anak-anak juga perlu divaksinasi,” pungkasnya. (din)
(Rani Hardjanti)