Sementara Atdikbud Canberra Mukhamad Najib menyatakan dukungan penuhnya atas kerjasama UNS dan NEVCE Australia dalam percepatan rlektrifikasi transportasi publik di kota Solo. Jika hal ini berhasil, menurutnya akan dapat direplikasi di kota-kota lain di Indonesia. Biaya penggunaan tenaga surya dan baterai saat ini, tambahnya, semakin ekonomis, sementara Indonesia memiliki potensi tenaga surya yang melimpah. Melalui proyek DIBI dan kemitraan KONEKSI ini, diplomasi kerja sama antara Indonesia dan Australia diharapkan semakin kuat. Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia, dan Australia, yang kaya akan cadangan lithium, memiliki potensi besar untuk bersinergi dalam penyediaan bahan utama baterai bus listrik.
Kantor Atdikbud KBRI Canberra, menurut Najib akan terus mendukung dan memfasilitasi kolaborasi produktif antara universitas di Indonesia dan Australia. “transisi energi hijau yang salah satunya melaui kendaran listrik sudah menjadi agenda bersama Indonesia-Australia. Apa yang dilakukan UNS merupakan langkah strategis yang perlu mendapat dukungan penuh dari semua pihak, termasuk pemerintah Indonesia”, tutupnya.
FGD yang berlangsung di kampus Fakultas Teknik UNS ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti Dinas Perhubungan Kota Surakarta, PLN, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, pengelola TPA Putri Cempo, serta peneliti. Acara ini dibuka oleh Direkur Direktorat Perencanaan, Kerjasama, Internasionalisasi, dan Reputasi UNS, Ibrahim Fatwa Wijaya, S.E., M.Sc., Ph.D.
(Feby Novalius)