Dalam sesi sajian budaya, KBRI mengirimkan dua orang penari yang membawakan tarian Jawa dan Betawi. Estella Aldina membawakan tari Lenggang Nyai yang berasal dari Betawi. Tari Lenggang Nyai terinspirasi dari kisah Nyai Dasimah, seorang wanita Betawi yang menikah dengan pria Belanda, namun ia merasa terkekang dan akhirnya memberontak untuk memperjuangkan hak-haknya.
Nama tari ini berasal dari kata “Lenggang” yang berarti gerak gemulai, dan “Nyai” yang mewakili Nyai Dasimah. Tari ini menggunakan musik khas Betawi, Gambang Kromong, sebagai musik tarinya. Tari Lenggang Nyai juga memiliki nilai moral yaitu menyampaikan pesan kepada wanita untuk bijak dalam memilih jalan hidup.
Muhammad Nur Aziz membawakan tari Gambiranom dari Jawa Tengah. Tari ini menceritakan gejolak batin Bambang Irawan, putra dari Arjuna (salah satu tokoh utama dalam epos Mahabarata), yang sedang jatuh cinta kepada putri Dewi Titisari. Gejolak batin Bambang Irawan disebabkan Dewi Titisari akan dinikahkan dengan pria lain.
Gejolak itu digambarkan dalam gerakan-gerakan seperti Bambang Irawan membayangkan seolah-olah Dewi Titisari berada di dekatnya, yang membuatnya ingin memeluknya, tapi akhirnya ia menyadari bahwa itu hanya khayalannya saja. Terdapat juga gerakan yang menggambarkan Bambang Irawan sedang berhias dan memperindah penampilannya, agar terlihat sempurna di hadapan Dewi Titisari. Nama tari ini berasal dari nama lain Bambang Irawan, yaitu Prabu Gambiranom.
Para siswa tentara dan tamu yang hadir kemudian bersama-sama menikmati makan siang berupa nasi tumpeng yang lengkap dengan lauknya seperti urapan, ayam, telur, dan lain-lain. Selain itu, tersedia juga jajanan pasar seperti kue lapis, klepon, onde-onde, dan jajanan pasar lainnya. Para siswa tentara tampak sangat menikmati makanan Indonesia. Menurut mereka makanan Indonesia memiliki rasa yang khas.
Menurut Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya KBRI mengenalkan budaya Indonesia kepada para siswa tentara di Australia. “Para siswa tentara akan memegang peran strategis di masa depan. Kami berharap, pengenalan mereka terhadap Indonesia akan membawa perasaan dekat dan bersahabat dengan Indonesia. Hal ini tentu akan berpengaruh pada menguatkan hubungan kedua negara di waktu yang akan datang”, jelas Najib.
Sementara dosen Studi Indonesia ADFA, Zara Maxel menyampaikan terimakasihnya kepada Atdikbud KBRI Canberra yang telah bekerjasama dalam menyelenggarakan kegiatan Indonesia Day di ADFA. Menurut Zara, kegiatan ini juga sekaligus untuk merayakan siswa tingkat tiga yang telah menyelesaikan ujiannya. “Kami berharap dukungan KBRI yang terus menerus pada waktu yang akan datang, sehingga kita dapat sama-sama mempromosikan Indonesia kepada para siswa di ADFA”, tutup Zara.
(Taufik Fajar)